Sabtu, 25 Oktober 2025 08:07 WIB
Penulis:Susilawati

JAKARTA – Baru-baru ini, sutradara Park Chan Wook dan aktor papan atas Lee Byung Hun meraih penghargaan bergengsi di Newport Beach Film Festival yang digelar di California.
Park Chan Wook menerima Global Impact Award, sedangkan Lee Byung Hun dianugerahi Artist of Distinction Award. Penghargaan ini memiliki makna istimewa karena keduanya menjadi sosok asal Korea pertama yang berhasil meraih penghargaan tersebut di ajang ini.
Global Impact Award diberikan kepada individu yang memiliki pengaruh besar terhadap industri film dunia, sementara Artist of Distinction Award diberikan sebagai pengakuan atas penampilan akting yang luar biasa.
Baca juga:
Dilansir dari Zapzee, kemenangan ini semakin memperkuat posisi global No Other Choice, yang telah menjadi sensasi di berbagai festival film internasional. Film tersebut telah diundang ke sejumlah ajang bergengsi seperti Venice, Toronto, New York, dan London Film Festival.
Beragam media internasional pun memberikan pujian tinggi. The Wall Street Journal menyebut film ini sebagai karya yang berani dan memikat, di mana kreativitas khas sutradara Park Chan Wook benar-benar meledak.
Sementara itu, The Arts Desk memuji film ini sebagai karya yang digarap dengan sangat rapi dan diarahkan dengan kecerdasan tinggi.
Film bergenre komedi gelap ini menceritakan kisah seorang pegawai kantoran (diperankan oleh Lee Byung Hun) yang baru saja dipecat dan memulai “perang pribadi” untuk merebut kembali kendali atas hidupnya. Saat ini, No Other Choice tengah tayang di bioskop dan menuai pujian luas dari para kritikus.
Film komedi gelap ini diadaptasi dari novel fiksi horor karya Donald E. Westlake tahun 1997 berjudul The Ax. Ceritanya mengikuti tokoh utama, Burke Devore, dalam perburuan brutalnya untuk mendapatkan pekerjaan baru.
Kisah tersebut sebelumnya telah diadaptasi oleh sutradara Yunani-Perancis, Costa-Gavras, dalam film tahun 2005 berjudul The Ax (Le Couperet).
Dalam versi terbarunya, Park Chan Wook memberikan sentuhan khasnya dengan memindahkan latar cerita ke Korea, sekaligus mendedikasikan film ini untuk Costa-Gavras, yang istrinya dan putranya juga terlibat sebagai produser dalam No Other Choice.
Meskipun karya Donald E. Westlake sudah sarat dengan kritik tajam terhadap pemangkasan tenaga kerja dan keputusasaan dalam dunia kerja, Park Chan-wook dengan cerdas menautkannya pada konteks budaya Korea.
Ia menyoroti tekanan terhadap citra maskulinitas dan krisis pencari nafkah di tengah dinamika keluarga yang tidak harmonis.
Di luar konteks Korea, film ini juga diperkirakan akan mencerminkan meningkatnya rasa tidak aman di pasar kerja global akibat kekhawatiran akan dominasi AI, sekaligus menunjukkan betapa relevannya The Ax karya Westlake hingga kini.
Dilansir dari Prestige Online, No Other Choice mengisahkan tentang Man-soo, seorang pegawai kantoran yang hidupnya berubah drastis setelah tiba-tiba dipecat dari pekerjaannya.
Dengan beban cicilan rumah yang menumpuk dan tekad untuk mempertahankan tempat tinggal yang telah ia perjuangkan, Man-soo terdesak untuk mendapatkan posisi bergengsi di perusahaan kertas lain. Keputusasaan itu akhirnya mendorongnya menyusun rencana licik untuk menyingkirkan para pesaing yang mengincar jabatan serupa.
No Other Choice mengikuti kisah Man-soo (Lee Byung Hun Squid Game) dalam pencariannya untuk mendapatkan pekerjaan baru. Dihadapkan pada rasa malu sosial akibat pengangguran, Man-soo mulai menempuh cara-cara yang semakin putus asa dan akhirnya brutal demi mendapatkan keamanan kerja.
Mungkin ini adalah film Chan Wook yang paling relevan dengan situasi masa kini, karena ia berhasil memadukan isu globalisasi, modernisasi, dan bahkan kebangkitan AI, sambil tetap menghadirkan film yang menegangkan sekaligus penuh humor gelap.
Salah satu kekuatan utama film ini terletak pada para pemainnya yang memberikan penampilan sepenuh hati. Peran pendukung dari Son Ye-jin, Lee Sung-min, dan Yeom Hye-ran meninggalkan kesan mendalam bahkan setelah film berakhir.
Namun, Lee Byung-hun benar-benar mencuri perhatian lewat akting yang memikat, terutama saat keputusasaan mulai mengikis ketenangan dirinya dan menyingkap sisi gelap yang tersembunyi di baliknya.
Dilansir dari The Hollywood News, seperti yang bisa diharapkan dari karya Chan-wook, No Other Choice adalah film yang dikemas dengan visual memanjakan mata, pengambilan gambar yang indah, dan komposisi yang luar biasa.
Pemilihan musiknya juga penuh permainan dan memperkaya suasana film. Tak ada sutradara yang benar-benar sebanding dengan Chan Wook, ia sekali lagi menunjukkan kepiawaiannya lewat sejumlah adegan yang brilian, terutama saat Man-soo memasuki apartemen salah satu pencari kerja lainnya.
Memang ada beberapa hal yang bisa dikritik dari film ini. Mungkin ceritanya terasa sedikit terlalu sederhana untuk seorang sutradara yang dikenal lewat deretan thriller bergaya Hitchcock, tanpa adanya kejutan besar di akhir.
Mungkin juga film ini terasa terlalu lucu jika dibandingkan dengan realitas kelam yang coba diangkatnya. Dan mungkin kekuatannya tak seintens Parasite yang bertema serupa.
Namun, No Other Choice tetap terasa sebagai karya yang benar-benar unik, memberikan rasa lega bagi mereka yang pernah bergulat dengan kerasnya dunia kerja modern, sekaligus menimbulkan rasa bersalah atas kelegaan itu sendiri.
Saat suasana film semakin gelap, penonton seolah diajak untuk menatap cermin dan merenungkan diri mereka sendiri.
Karya baru Park Chan Wook selalu menghadirkan kegembiraan tersendiri. Sutradara asal Korea Selatan ini kembali menunjukkan dirinya sebagai maestro thriller penuh intrik.
Meski No Other Choice mungkin belum mencapai status ikonik seperti Oldboy atau The Handmaiden, film ini membuktikan bahwa Park masih berada di puncak kreativitasnya, sebuah tontonan yang kejam namun memikat, dan benar-benar layak disaksikan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Distika Safara Setianda pada 25 Oct 2025