Sabtu, 19 April 2025 08:02 WIB
Penulis:Nila Ertina
PALEMBANG, WongKito.co – Suasana khidmat menyelimuti Gereja Katolik Paroki St. Yoseph, Jumat (18/4/2025), saat ribuan umat Katolik memperingati Jumat Agung, hari wafatnya Yesus Kristus di kayu salib. Sekitar 3.000 umat hadir dalam rangkaian ibadah yang menjadi bagian penting dari Tri Suci Paskah.
Romo Paroki St. Yoseph, Hyginus Gono Pratowo, dalam pesannya menegaskan makna cinta kasih Yesus yang wafat demi keselamatan umat manusia.
"Pada hari ini Yesus wafat di kayu salib karena cintanya dengan manusia. Maka dalam sengsara Tuhan Yesus Kristus yang pada hari ini kita rayakan, harapannya adalah agar manusia saling mengasihi, hidup saling mengampuni satu sama lain," katanya.
Baca Juga:
Ia juga menjelaskan bahwa Jumat Agung merupakan bagian dari Tri Hari Suci yang dimulai dari Kamis Putih, Jumat Agung, dan dilanjutkan dengan Vigili Malam sebelum akhirnya mencapai puncak pada Hari Raya Paskah.
"Vigili malam adalah perayaan resmi pertama untuk memperingati kebangkitan Yesus Kristus, yang dilaksanakan di malam Sabtu Suci atau setelah matahari terbenam, menjelang hari Minggu Paskah," katanya.
Ibadah dimulai sejak pagi hari pukul 09.00 WIB dengan perarakan Jalan Salib, mengenang 14 perhentian yang dilalui Yesus dalam perjalanan menuju Kalvari. Jalan Salib dilaksanakan secara tertib dan penuh penghayatan, dengan umat mengikuti setiap tahapan dalam doa dan permenungan.
Memasuki pukul 14.00 WIB, ibadah Jumat Agung dimulai. Salah satu momen penting dalam ibadah ini adalah penghormatan terhadap salib, yang dikenal dengan "cium salib", sebagai bentuk penghormatan atas pengorbanan Yesus. Umat tampak bergantian maju dengan tertib untuk mencium salib, banyak di antara mereka yang meneteskan air mata haru.
Baca Juga:
Salah seorang umat, Maria Simanjuntak (45), mengatakan bahwa Jumat Agung tahun ini memberikan kedalaman spiritual yang sangat berarti baginya.
"Saya merasa dibaharui secara batin. Ini adalah saat untuk mengosongkan diri dan membiarkan kasih Tuhan mengisi kembali hati kita," ujarnya haru.
Senada dengan itu, Yohanes Santoso (38) mengungkapkan bahwa Jumat Agung menjadi momen refleksi yang kuat.
"Saya benar-benar merasakan kedekatan dengan penderitaan Kristus. Ini bukan hanya tradisi, tapi ajakan untuk hidup lebih bermakna, lebih mengampuni," katanya.(Malik)