pasar tradisional palembang
Minggu, 22 Januari 2023 17:11 WIB
Penulis:Nila Ertina
Editor:Nila Ertina
PALEMBANG, WongKito.co - Pasar Temenggung atau Pasar Buah di Kota Palembang salah satu pasar tradisional teramai di Kota Palembang, tetapi saat Tahun Baru Imlek setop beroperasi.
Pasar Temenggung menjadi pusat belanja tradisional yang dikenal juga sebagai pasar buah dan pasar orang-orang keturunan Tionghoa.
Pasar Temenggung biasanya buku sejak pagi sekitar pukul 06.00 WIB sampai sore setiap hari, namun ketika Tahun Baru Imlek libur.
Seorang tukang becak yang mangkal tepat berada di depan lorong Pasar Temenggung, Supri mengatakan memang setiap sincia atau Tahun Baru Imlek pasar tersebut tidak beroperasi, katanya, Minggu (22/1/2023).
Baca Juga:
Pasar yang terletak di pusat Kota Palembang tidak jauh dari lokasi titik nol tersebut memang menjadi salah satu pasar yang menunjukan keberagaman di kota pempek terpelihara dengan baik.
Di pasar tersebut, penjual mayoritas warga keturunan Tionghoa dan barang yang perjualbelikan juga tersedia produk kebutuhan peribadatan umat Konghucu dan juga Budha.
Namun, pasar tersebut juga menjadi tempat mencari nafkah pedagang dari suku Melayu, Jawa dan Arab.
Komoditas yang diperdagangkan pun terkenal memiliki kualitas yang nomor 1 di kota pempek, sebut saja ikan tenggiri dan pempek dipastikan segar dan enak bahkan juga ada teripang yang tidak ditemukan di pasar tradisional lain.
Ada juga buah-buahan yang sangat beragam, bahkan sayuran atau buah yang tidak ditemukan di pasar tradisional lain bisa dibeli di pasar tersebut.
Baca Juga:
Bermacam kue tradisional, kue oriental juga bisa dibeli di pasar tersebut.
Bagi pembeli yang ingin belanja di pasar tersebut, tidak perlu ragu meskipun ada produk berbahan makanan non halal tetapi dipastikan penjualnya tidak sembarang menjual.
Selama perayaan Tahun Baru Imlek, biasanya pedagang akan libur saat perayaan dan kembali buka setelah libur beberapa hari.
Perayaan Imlek di Kota Palembang menjadi salah satu bentuk keberagaman di kota tua yang tahun ini akan berusia 1340 tahun.
Akulturasi budaya Melayu, Arab dan Tionghia menjadi pendukung betapa majemuknya warga di kota yang dibelah Sungai Musi tersebut.(Nila Ertina)