Kementerian ESDM Upgrade Target di 2030 Penurunan Emisi Jadi 31,8 Persen

Selasa, 11 Oktober 2022 18:13 WIB

Penulis:Susilawati

Ilustrasi pembangkit listrik EBT
Kementerian ESDM Naikan Target Penurunan Emisi dalam Percepatan Transisi Energi Indonesia

JAKARTA - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikkan target penurunan emisi karbon dari sebelumnya 29% menjadi 31,8% pada 2030 dengan upaya sendiri, dan menjadi 43,2% dari sebelumnya 41% dengan bantuan internasional.

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Rida Mulyana, mengatakan target terbaru sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah untuk menindaklanjuti Paris Agreement.

"Ini menunjukkan optimisme, tetapi juga konsekuensi kita harus melakukan secara bersama-sama. Kita tidak bisa melakukan per sektor dan harus ada semacam orkestrasi, karena ini sangat menantang," ujarnya saat Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2022, Senin, 10 Oktober 2022.

Baca Juga :

Dalam enhanced Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia terbaru, pemerintah optimis terget penurunan emisi pada 2030 ditingkatkan dari 314 juta ton menjadi 358 juta ton CO2. Dan target penurunan emisi gas rumah kaca dengan bantuan internasional tetap di angka 446 juta ton CO2.

Rida menambahkan, pemerintah akan mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT) agar pengurangan emisi karbon naik dari 160 juta ton menjadi 181,5 juta ton di tahun 2030.

Kenaikan target pengurangan emisi karbon juga didukung oleh program early retirement atau pensiun dini PLTU sebagaimana tercantum dalam Perpres No 112 Tahun 2022. Rida menyebut program lebih baik dilaksanakan sebelum tahun 2030.

Adapun Sekjen ESDM ini mengungkapkan pertimbangan kenaikan target pengurangan emisi didasari oleh upaya efisiensi energi. Menurut dia, target pengurangan emisi di sektor energi awalnya 109,4 juta ton di tahun 2025, ditingkatkan menjadi 132,25 juta ton.

Selain itu, upaya digitalisasi mulai dilakukan di tingkat pembangkit, dengan program dekarbonisasi yang sudah berjalan dalam bentuk skala kecil tersebar di seluruh Indonesia yaitu 5.200 unit (pembangkit) diesel diganti dengan gas dan EBT.

Pemerintah juga memanfaatkan momentum kondisi krisis energi di beberapa negara di dunia. Hal ini membuat lonjakan harga komoditas energi berbasis fosil, seperti migas dan batu bara untuk membuka peluang produk EBT lebih masif untuk bauran energi ke depan.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Debrinata Rizky pada 11 Oct 2022