Jumat, 23 April 2021 21:39 WIB
Penulis:Nila Ertina
Sebuah perkampungan megalithikum, Kampung Bena yang terletak di Kabupaten Ngada, Flores Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Desa Tiwuriwu, Kecamatan Aimere.
Akses menuju Kampung Bena dapat ditempuh dgn menggunakan kendaraan sewa dari Bajawa dengan jarak tempuh sekitar 19 km ke arah selatan Bajawa. Dari Labuan Bajo, Bena dapat ditempuh sekitar 7-8 jam melalui perjalanan darat. Namun, dari Ende dapat ditempu sekitar 2 jam.
Alternatif lain, adalah Anda mendarat di Bandara Turelelo, Soa. jarak Soa ke Bena relatif dekat, dan dapat ditempuh sekitar 1 jam.
Dikutip dari Floresku.com, jejaring WongKito.co Desa Bena terletak di puncak bukit dengan latar belakang Gunung Inerie sungguh membuat suasana Desa Bena semakin asri dan eksotis. Keberadaannya di bawah gunung merupakan ciri khas masyarakat lama yg mempercayai dan memuja gunung sebagai tempatnya para dewa.
“Masyarakat Bena menyakini bahwa keberadaan Dewa Yeta yg bersinggasana di Gunung Inerie akan melindungi kampung mereka Saat ini Desa Bena terdiri dari kurang lebih 45 buah rumah yg saling mengelilingi dengan 9 suku yang menghuni rumah-rumah tersebut,” tulis Bunda Diyanra @RenataDiyanra.
Bunda Diyantara kemudian menambahkan '"masyarakat Bena terdiri atas beberapa suku yaitu suku Dizi, suku Dizi Azi, suku Wahli, suku Deru Lalulewa, suku Deru Salamae, suku Ngada, suku Khopa dan suku Ago."
“Susunan rumah-rumah di Bena terlihat sangat unik karena bentuknya yang melingkar membentuk huruf U & setiap rumahnya pun memiliki hiasan atap yang berbeda satu sama lainnya berdasarkan garis keturunan yang berkuasa dan tinggal di rumah tersebut.”
“Di tengah-tengah desa terdapat sebuah bangunan yang biasa disebut oleh masyarakat lokal Bena, nga'du & bhaga. Keduanya merupakan simbol leluhur kampung yang berada di halaman, kisanatapat, tempat upacara adat digelar untuk berkomunikasi dengan leluhur mereka.”
"Nga'du berarti simbol nenek moyang laki" dan bentuknya menyerupai sebuah payung dengan bangunan bertiang tunggal dan beratap serat ijuk, hingga bentuknya mirip pondok peneduh. Tiang ngadhu biasa dari jenis kayu khusus dan keras karena sekaligus berfungsi sebagai tiang gantungan hewan kurban ketika pesta adat. Sedangkan Bhaga berarti simbol nenek moyang perempuan yang bentuknya menyerupai bentuk miniatur rumah."
“Untuk mengunjungi Desa Bena, pengunjung tidak dikenakan tiket masuk. Namun pengunjung diharapkan mengisi buku tamu dan memberikan sumbangan sukarela untuk biaya pemeliharaan dan pelestarian kampung. Tak hanya bekerja sebagai petani, para wanita Desa Bena biasanya lebih sering terlihat kain khas Flores.”
“Kain tenun hasil karya tangan wanita bena tersebut dijual ke wisatawan dengan kisaran harga mencapai 300 ribuan. Cukup mahal memang, tapi bagi yang tidak cukup uang dapat membeli syal tenun khas Bena dengan harga 75.000-100.000 saja.”
“Selain menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik, ternyata keberadaannya juga menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara khususnya Jerman dan Italia. ”
"Bagi yang ingin merasakan sensasi kehidupan pada masa zaman batu bersama keramahan senyum para penduduknya , singgahlah sejenak di Desa Bea jika anda sedang melakukan perjalanan darat di Flores . Nikmatilah kemewahan dan kemegahan salah satu warisan budaya Nusantara yang mengagumkan di Bena. Sejuta kesan istimewa menanti Anda di Bena."
Begitu Bunda Diyanra mengakhiri cuitannya di @RenataDiyanra pada pukul 06:36 AM · Apr 23, 2021. (MLA)