Kinerja Bongkar Muat Kapal Menurun, Industri Pelayaran Daerah Terpuruk

Senin, 10 Maret 2025 13:26 WIB

Penulis:Redaksi Wongkito

Editor:Redaksi Wongkito

1730685791305.webp
Aktifitas proses bongkar muat pelet kayu di kapal barang untuk diekspor ke Korea Selatan di wilayah terminal khusus PT Biomasa Jaya Abadi (BJA) di Desa Trikora, Popayato, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, Minggu 3 November 2024. (Trenasia/Panji Asmoro)

JAKARTA - Telah terjadi penurunan layanan atau kinerja bongkar muat petikemas di beberapa pelabuhan utama di Indonesia yang berdampak masa tunggu kapal untuk berlabuh lebih lama, proses bongkar muat kapal juga lambat. Akibatnya, proses bongkar muat petikemas menjadi molor 1-2 hari dari jadwal semula, sehingga kapal juga terlambat untuk kembali ke asalnya.

Menjelang lebaran yang merupakan masa peak season, kondisi ini bisa menimbulkan shortage container yang akan merugikan banyak pihak.

“Masalah utamanya adalah peralatan bongkar muat yang sudah tua dan seringkali rusak. Jumlah crane juga belum sesuai kebutuhan, sehingga kapasitas bongkar muatnya rendah. Kondisi ini terjadi di terminal-terminal petikemas sibuk seperti Bitung,  Semarang, Makassar dan Banjarmasin,” ungkap Siswanto Rusdi, Direktur Namarin Institute di Jakarta, Senin (10/3).

Siswanto menjelaskan bahwa pihaknya menerima informasi atau data adanya keluhan dari beberapa perusahaan pelayaran dan dari forwader di daerah kepada pengelola terminal petikemas Pelindo dan sepertinya belum  mendapatkan respon yang cukup. Port Stay tetap panjang dan para pengguna jasa baik perusahaan pelayaran,forwading dan para pedagang di daerah harus menanggung potensi biaya operasional yang membengkak.

Sebagai lembaga kajian di industri pelayaran nasional, Namarin Institute menerima banyak informasi dari para pelaku usaha pelayaran terkait sejumlah persoalan yang saat ini terjadi di beberapa pelabuhan terminal petikemas.

Siswanto menegaskan, keluhan terbanyak saat ini berkaitan dengan layanan yang lambat dan kapal mesti antri lebih lama walaupun sudah sampai di pelabuhan. Apalagi saat ini kapal butuh layanan cepat untuk mendukung kegiatan logistik selama ramadan dan lebaran yang selalu meningkat tajam.

“Layanan di terminal petikemas Pelindo tidak sesuai dengan investasi besar yang telah dilakukan untuk membenahi dan menaikkan kapasitas serta kualitas layanan bongkar muat petikemas. Pelindo harus berani melakukan evaluasi dan mengaudit kinerja setiap pelabuhan, khususnya kepada vendor-vendor terminal petikemas yang memang tidak layak,” tegas Siswanto.

Alat Tua dan SDM terbatas

Kinerja bongkar muat yang semakin menurun mendapat perhatian serius dari Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia atau Indonesian Logistics and Forwarders Association (Alfi/Ilfa) Perwakilan Sulawesi Utara, Ramlan Ifran. Penurunan kinerja tersebut berpengaruh besar terhadap kelancaran proses pengiriman barang kepada konsumen, yang semakin terhambat.

“Dengan kondisi alat yang sudah tua dan terbatasnya SDM terampil, menyebabkan proses bongkar muat menjadi sangat lambat. Hal ini menyebabkan barang memerlukan waktu lebih lama untuk sampai ke konsumen,” ujar Ramlan dalam wawancara.

Lebih lanjut, Ramlan menegaskan bahwa keterlambatan dalam bongkar muat dapat berdampak langsung pada harga. "Jika barang terlambat sampai ke konsumen, harga pasti akan naik, baik karena biaya operasional yang membengkak ataupun karena kebutuhan mendesak yang membutuhkan pengiriman lebih cepat," katanya.

Untuk mengatasi masalah ini, Ramlan menyarankan agar dilakukan penambahan alat bongkar muat yang lebih modern serta pemeliharaan yang baik terhadap alat yang ada. Selain itu, peningkatan kualitas SDM juga sangat diperlukan agar proses bongkar muat dapat berjalan lebih efisien.
“Solusinya adalah penambahan jumlah alat bongkar muat yang memadai, serta pemeliharaan dan upgrade yang rutin. SDM juga harus diberikan pelatihan dan peningkatan keterampilan agar mampu bekerja dengan lebih cepat dan efektif,” tambahnya.

Ramlan berharap pemerintah dan pihak terkait dapat segera merespons kondisi ini dengan langkah-langkah konkret, agar kinerja bongkar muat dapat meningkat dan proses distribusi barang ke seluruh konsumen bisa berjalan lancar.

Artikel ini telah terbit di TrenAsia.com oleh Ananda Astri Dianka pada 10 Maret 2025.