Hari ibu
Kamis, 22 Desember 2022 11:03 WIB
Penulis:Nila Ertina
BENGKULU, WongKito.co - Rumah Fatmawati Soekarno yang berada di Jalan Ibu Agung Hj. Fatmawati menjadi salah satu ikon Kota Bengkulu. Kota rafflesia ini adalah tempat kelahiran Fatmawati. Bendera Pusaka hasil jahitan Fatmawati kelak menjadi bendera yang dikibarkan saat Proklamasi RI, 17 Agustus 1945.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga menyebutkan kecintaan luar biasa Fatmawati dan harapan besar untuk melihat Indonesia merdeka yang mendorong ia merajut nusantara melalui Sang Saka Merah Putih. Untuk mengenang Fatmawati, Menteri PPPA bersama beberapa Menteri PPPA periode sebelumnya dan para pimpinan dari beberapa provinsi, mengunjungi Rumah Fatmawati Soekarno.
“Saya sampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada keluarga Ibu Agung Hj. Fatmawati Soekarno juga Pemerintah Provinsi Bengkulu yang terus menjaga dan melestarikan ketakziman dari sejarah perjuangan yang tidak boleh terlupakan. Di tempat inilah Sang Saka Merah Putih dijahit untuk pertama kalinya oleh Ibu Fatmawati selama dua hari dengan menggunakan mesin jahit manual yang masih terawat dengan baik hingga saat ini. Rumah ini adalah saksi bisu kecintaan Fatmawati terhadap Indonesia,” kata Menteri Bintang ketika berkunjungan ke Rumah Fatmawati Soekarno., kemarin.
Baca Juga:
Menteri PPPA mengungkapkan, peran besar dan jasa dari Fatmawati Soekarno dalam mengantarkan kemerdekaan bangsa Indonesia tak hanya sekedar membantu menjahitkan dua helai kain semata, namun juga melahirkan identitas bangsa Indonesia dan merajut nusantara dalam kesatuan melalui Sang Saka Merah Putih.
“Perjuangan Ibu Fatmawati, termasuk juga perjuangan para pahlawan perempuan di masa lalu merupakan hal yang perlu diteladani bersama. Kunjungan ini diharapkan dapat menjadi wadah refleksi kita bersama terkait perjuangan para perempuan dalam merebut kemerdekaan serta pergerakan perempuan dalam memperjuangkan hak nya dari masa ke masa,” ungkap Menteri PPPA.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri PPPA menyerahkan bantuan sosial secara simbolik kepada 10 (Sepuluh) orang cucu dari Fatmawati Soekarno. Selain menyerahkan bantuan sosial, Menteri PPPA beserta jajaran bercengkerama dengan keluarga besar dari Fatmawati Soekarno. Menteri PPPA tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih serta mengajak cucu dan kerabat Fatmawati Soekarno untuk selalu melestarikan marwah dan semangat dari kecintaan akan tanah air yang dilakukan oleh Fatmawati Soekarno.
“Fatmawati tak hanya sekedar pahlawan nasional semata, namun harus menjadi panutan bagi perempuan dan generasi penerus bangsa Indonesia. Kisah, kecintaan, dan semangat juang Fatmawati harus menjadi suri tauladan dalam perjuangan perempuan dalam pemberdayaan juga kesetaraan gender. Peran luar biasa Fatmawati dalam merajut nusantara dan melahirkan identitas bangsa merupakan bentuk dari pergerakan perempuan dalam mengisi kemerdekaan Indonesia,” kata dia.
Baca Juga:
Lebih lanjut, Menteri PPPA menegaskan, semangat dan pemikiran visioner Fatmawati Soekarno dalam merangkai dan memperjuangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia harus selalu dilestarikan.
“Fatmawati mengajarkan kita bahwa perempuan memiliki peran yang luar biasa dan mampu berjuang menghadapi segala rintangan. Perempuan adalah pendidik utama di dalam keluarga dalam membentuk karakter dan peradaban bangsa. Perempuan memiliki campur tangan dalam mencetak pemimpin-pemimpin bangsa di masa mendatang. Karenanya, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender menjadi hal yang tidak boleh di kesampingkan lagi dan harus terus diperjuangkan,” tambah Menteri PPPA.
Perwakilan cucu dari Fatmawati Soekarno, Puti Guntur Soekarno menyambut kunjungan Menteri PPPA dan menyampaikan rasa bangga atas terselenggaranya rangkaian PHI ke-94 di Provinsi Bengkulu. Puti mengemukakan, Bengkulu merupakan provinsi yang menorehkan sejarah kental atas perjuangan Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno dalam menghantarkan kemerdekaan Indonesia. Soekarno di asingkan di Bengkulu dan bertemu dengan gadis asal Bengkulu, Fatmawati Soekarno.
“Pada masa itu, di mana pengibaran bendera sebagai identitas negara masih tabu, alam pikiran dan situasi kebatinan akan kecintaan serta harapan terhadap kemerdekaan Indonesia, Ibu Fatmawati bergerak meraih jarum dan benang kemudian menjahit Sang Saka Merah Putih yang kelak dikibarkan di Pegangsaan Timur pada 17 Agustus 1945. Ibu Fatmawati merupakan sosok perempuan yang mewakili citra perempuan Indonesia kini, yakni berani, visioner, dan cinta tanah air. Oleh karena itu, kita perempuan Indonesia harus terus memperjuangkan dan meneladani semangat dari Ibu Fatmawati,” jelas Puti. (*)
Tulisan ini telah tayang di lyfebengkulu.com oleh Herlina pada 22 Dec 2022