Sabtu, 26 Oktober 2024 03:53 WIB
Penulis:Susilawati
JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI (BBNI) melaporkan laba bersih yang mencapai Rp16,3 triliun untuk kuartal III tahun 2024 atau naik 3,5% secara tahunan. Kenaikan ini didorong oleh pemulihan pendapatan operasional dan pengelolaan kualitas aset yang baik.
Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, menjelaskan bahwa berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) BNI kali ini didominasi oleh peningkatan tabungan ritel. Hal ini sejalan dengan upaya transformasi struktur pendanaan yang tengah dilakukan.
Baca juga:
Perubahan tersebut berdampak positif pada cost of fund (CoF) BNI, yang tercermin dalam rasio net interest margin (NIM) pada kuartal III/2024.
Pertumbuhan tersebut didukung oleh berbagai program terstruktur yang dilaksanakan perusahaan, termasuk peluncuran aplikasi mobile terbaru, Wondr by BNI, serta transformasi jaringan cabang yang lebih mengedepankan budaya penjualan.
BNI juga optimis tentang peluang pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan, sejalan dengan visi pemerintah untuk meningkatkan produk domestik bruto (PDB), mengatasi kemiskinan, dan melaksanakan berbagai program sektoral.
Program tersebut meliputi pengembangan infrastruktur, ketahanan energi dan pangan, pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), hilirisasi industri, serta sektor pertanian dan perikanan, termasuk program perumahan.
“Keyakinan kami terhadap kebijakan prioritas ekonomi dari pemerintahan baru, yang berjalan dengan lancar, diharapkan dapat menjadi pendorong pertumbuhan kredit di sektor perbankan dalam waktu dekat,” ujar Royke saat konferensi pers kuartal III-2024 yang diselenggarakan secara virtual, Jumat, 25 Oktober 2024.
BNI mencatatkan pemulihan kinerja yang signifikan, terutama pada kuartal III/2024. Pendapatan operasional sebelum pencadangan (PPOP) mencapai Rp8,8 triliun, hampir menyamai angka tertinggi pada kuartal III tahun lalu yang sebesar Rp8,9 triliun.
Pencapaian PPOP yang solid ini didorong oleh peningkatan margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) dan pendapatan nonbunga.
NIM BNI mengalami peningkatan sebesar 40 basis poin secara kuartalan, mencapai 4,4%. Hal ini didukung oleh perbaikan dalam yield kredit serta penurunan biaya dana.
Sementara itu, pertumbuhan fee income BNI didorong oleh pendapatan dari pemulihan pinjaman, perdagangan internasional, dan transaksi pembayaran melalui aplikasi Wondr by BNI yang terus meningkat.
Penyaluran kredit BNI juga mengalami pertumbuhan yang positif, naik 9,5% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) menjadi Rp735 triliun.
Pertumbuhan ini didukung oleh segmen-segmen berisiko rendah, seperti kredit korporasi blue chip dari sektor swasta, BUMN, serta institusi pemerintah, diikuti oleh kredit konsumer dan kontribusi dari anak perusahaan.
"Fokus transformasi kami tahun ini telah berhasil memperbaiki struktur dana pihak ketiga, dan kami berharap diversifikasi sumber dana ini akan semakin membaik di masa depan," tutup Royke.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 25 Oct 2024