Senin, 04 Oktober 2021 08:04 WIB
Penulis:Nila Ertina
Editor:Nila Ertina
Hari Batik Nasional, sudah kita peringati 2 Oktober. Kekinian, banyak anak muda Indonesia yang telah menjadikan Batik sebagai usaha membangun perekonomian agar mandiri.
Tak hanya sebatas usaha untuk menopang perekonomian tetapi juga kerja-kerja idealis dari generasi milenial untuk mempertahankan bahkan mengembangkan Batik sebagai salah satu kejayaan bangsa ini.
Batik sendiri sebenarnya tidak melulu dari Jawa, tetapi asal muasalnya memang tak bisa dipungkiri hasil mahakarya perajin sejumlah daerah di Jawa, seperti Pekalongan, Solo dan Cirebon.
Seiring waktu hampir setiap daerah di Indonesia kini membatik, corak biasanya mereka tentukan dengan ciri daerah. Misalnya Kabupaten Musi Rawas di Sumatera Selatan menampilkan batik dengan motif kelapa sawit ada juga Kota Pagar Alam dengan motif khas daerah dengan Gunung Dempo sebagai ikon wisatanya.
Berbeda dengan munculnya batik-batik baru dengan motif baru juga, Sutengsu Fashion salah satu usaha rintisan batik tulis yang dibangun Isti Komah bersama sahabatnya tetap menjadikan ciri atau corak batik kuno yang legendaris jadi produk unggulan.
"Kami memroduksi batik tulis Klasik Kraton Jogja, " kata dia, belum lama ini.
Batik bagi kami, tambah isti bukan hanya menjadi usaha untuk membangun kemandirian ekonomi tetapi juga cara mencintai warisan tradisi bangsa.
“Dalam perjalanan membangun usaha ini, memang tidak mudah namun kami juga pantang munduru untuk andil dalam menjaga kelestarian kekayaan dalam bentuk produk tekstil ini,” ujar perempuan yang mulai fokus merintis usaha awal 2020.
Batik, tambah lulusan Filsafat UGM ini menegaskan adalah bagian dari kepribadian bangsa Indonesia.
Melestarikan dan mengembangkan batik cara lain juga bagi kita untuk menolah dominasi tekstil dunia, ungkapnya.
Oya, untuk memesan dan melihat batik-batik yang diproduksi Sutengsu Fashion, pembaca bisa mengunjungi @sutengsufashion di instragram atau fan page facebook dengan akun yang sama. Harga cukup terjangkau, mulai dari Rp700.000 per lembar ya.(Nila Ertina)