LSF Ajak Masyarakat Sumsel Terapkan Budaya Sensor Mandiri

Kamis, 11 Juli 2024 19:20 WIB

Penulis:Susilawati

Film
Ketua LSF RI, Rommy Fibri Hardiyanto pada acara Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri di Provinsi Sumatera Selatan dengan tema "Memajukan Budaya, Menonton Sesuai Usia" di Palembang, Kamis (11/7). (Susila/WongKito.co)

PALEMBANG, WongKito.co, - Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia menggelar program Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri di Provinsi Sumatera Selatan dengan tema "Memajukan Budaya, Menonton Sesuai Usia" di Palembang, Kamis (11/7).

Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya sensor mandiri dalam keluarga, khususnya terkait tayangan yang ditonton oleh anak-anak.

Ketua LSF RI, Rommy Fibri Hardiyanto mengatakan, sekarang ini tsunami tontonan sudah demikian dahsyat, tontonan film itu bisa diakses oleh siapapun dari manapun dengan jumlah yang tidak terkontrol isinya. 

Baca juga:

Oleh karena itu, lanjutnya, LSF itu peduli dengan hal semacam ini makanya alasan mengkampanyekan apa yang disebut sebagai budaya sensor Mandiri ini adalah literasi agar masyarakat dapat memilah dan memilih tontonan sesuai klasifikasi usia maksudnya masyarakat itu bisa tahu tontonan mana yang pas untuk dia dan keluarganya. 

"Jadi, perlu kesadaran bersama bahwa setiap tontonan itu ada peruntukannya apakah semua umur,  13 tahun, 17 tahun atau 21 tahun ke atas.  Standar pemahaman seperti ini yang kami kampanyekan, kami sosialisasikan ke masyarakat agar masyarakat ini minim sekali  terkena dampak negatif dari film," tuturnya.

Ia juga menyampaikan bahwa film Indonesia sudah mulai disukai oleh masyarakat Indonesia bahkan di atas film impor. Dulu kita berpikir paling banyak penontonnya itu film impor, sekarang film nasional kita ada yang mendapatkan 10 juta penonton 9 juta penonton lebih 8 juta 7 juta 6 juta artinya banyak bahkan ada satu film nasional yang diadu maksudnya main bareng dengan film asing artinya sekarang film nasional sudah sangat menjanjikan ceritanya sudah bagus penontonnya sudah sangat paham bahwa film nasional kita ini sudah keren.

Pada acara Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri di Provinsi Sumatera Selatan itu juga menghadirkan para narasumber Ketua Komisi I LSF RI, Dr Nasrullah, Wakil Sekjen ATVSI, dan sutradara film.

Ketua Komisi I LSF RI, Dr Nasrullah menyatakan, Sensor Mandiri Adalah perilaku secara sadar dalam memilah dan memilih tontonan.

Hal-hal Sensitif yang Perlu Diperhatikan di dalam Film yakni agama, perjudian, diskriminasi, kekerasan, narkotika dan pornografi, jelasnya.

Wakil Sekjen ATVSI, Ahmad Alhafiz menuturkan, suksesnya gerakan Budaya Sensor Mandiri untuk meningkatkan literasi media dan digital masyarakat memerlukan dukungan dan intensi kuat dari setiap regulator (LSF, KPI, BPOM, ATVSI, Kementerian, dll), produsen film, pengiklan, serta seluruh pemangku kepentingan lainnya.

Masyarakat sebagai mata rantai terakhir dari ekosistem Industri media diharapkan memiliki kesadaran untuk melakukan sensor mandiri dengan memilih dan memilah konten yang dikonsumsi keluarga sesuai kaidah hukum, moral, etika, dan budaya yang hidup dalam masyarakat.

Di era konvergensi, distribusi konten digital melalui media baru tidak terbendung, sehingga diperlukan perangkat hukum positif yang meregulasi konten-konten digital untuk mewujudkan tontonan yang sehat sesuai kaidah moral, etika dan budaya yang berlaku di Indonesia, sebagaimana berlaku di Industri TV FTA, katanya pula.