Selasa, 02 Agustus 2022 19:59 WIB
Penulis:Susilawati
JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan Indonesia sudah tak lagi mengimpor jagung, kecuali untuk kebutuhan bahan baku industri, seperti bahan pemanis.
Mentan mengatakan Presiden Joko Widodo mendorong jajarannya untuk meningkatkan produksi jagung untuk menangkap peluang ekspor di tengah tren kenaikan harga. Mengingat, produksi jagung Indonesia saat ini sebetulnya surplus, tepatnya di atas 18 juta ton dan jauh melebihi kebutuhan nasional yang berada pada angka 14,7 juta ton.
"Bukan hanya beras yang sebenarnya kita sudah tidak impor, tetapi juga jagung, kecuali yang berkaitan dengan kebutuhan industri, termasuk pemanis dan lain-lain," kata Mentan dalam keterangan virtual pada Senin 1 Agustus 2022.
Baca Juga :
Selain itu dalam rapat terbatas Jokowi memandatkan menteri terkait untuk meningkatkan produksi jagung, baik untuk bahan baku, produk pascapanen, termasuk yang sudah melalui proses budidaya.
Caranya dengan intensifikasi lahan dan ekstensifikasi lahan. Untuk produksi pascapanen, Kementan dalam waktu dekat akan melakukan upaya seperti membangun sarana seperti Silo dan Dryer di Sentra Produsen.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan upaya ini dilakukan sebagai respon dari harga jagung global pada Juni 2022 berada di angka US$335,71 per ton atau setara dengan Rp5.277 per kg (kurs Rp14.865).
Hal ini menunjukkan kecenderungan harga jagung dunia yang membaik pada Januari-Juni 2022, yang naik sebesar 21,53% dibanding periode sama 2021, menjadi peluang bagi Indonesia untuk melakukan ekspor jagung.
"Pemerintah sudah mendorong bibit unggul hibrida jagung yang bisa memproduksi antara 10,6 sampai 13,7 juta ton per hektare. Ada 14 varietas antara lain Pertiwi 3 F1, Bisi, kemudian ada NK Perkasa, ada Singa, ada Bima, ada Dahsyat, ada P36 dan yang lain. Artinya hibrida, ini berbasis hibrida nasional," kata Airlangga dalam keterangan virtual pada Senin 1 Agustus 2022.
Airlangga menambahkan, peningkatan produksi jagung akan dilakukan di Papua, Papua Barat, NTT, Maluku, Maluku Utara, dan Kalimantan Utara dengan total luas lahan 141.000 hektare dan 86.000 merupakan lahan baru.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Debrinata Rizky pada 02 Aug 2022