Perempuan dan Ketahanan Pangan di Sawah Pasang Surut

Senin, 04 November 2024 15:09 WIB

Penulis:Nila Ertina

Editor:Nila Ertina

Aisyah (72) bersama kelompok Bina Tani Berkah mengelola demplot mina padi di Dusun III, Desa Sungai Rebo, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, dengan hasil panen yang bertambah hingga 1,5 ton dari sebelumnya
Aisyah (72) bersama kelompok Bina Tani Berkah mengelola demplot mina padi di Dusun III, Desa Sungai Rebo, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, dengan hasil panen yang bertambah hingga 1,5 ton dari sebelumnya (Foto WongKito.co/Yulia Savitri)

BANYUASIN, WongKito.co - Sejak tiga tahun terakhir, Aisyah (72) bersama kelompok Bina Tani Berkah mengelola demplot mina padi di Dusun III, Desa Sungai Rebo, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, dengan hasil panen yang bertambah hingga 1,5 ton dari sebelumnya.

Sawah mina padi sedikit berbeda dengan sawah lain, ada tanggul di sekeliling lahannya. Bukan tanpa alasan tanggul dipasang. Area persawahan pasang surut seperti ini biasanya akan banjir di puncak musim penghujan. Jika tidak bertanggul, ikan-ikan yang sengaja disebar di bawah permukaan sawah bisa terbawa banjir ke luar.

Aisyah mengakui, hasil panen di demplot mina padi selalu bertambah dari tahun-tahun sebelumnya. Demikian juga panen kali ini, apalagi di masa tanam tahun 2024 perlakuan untuk tanaman padi mulai ditambahkan pupuk organik dan pestisida nabati sehingga bulir padi menjadi lebih banyak.

“Kami pakai pupuk dari sampah dapur yang didiamkan di tong besar itu,” ujar Aisyah sambil menunjuk sebuah tempat pembuatan pupuk organik, tak jauh dari demplot. “Tahun kemarin belum pakai pupuk itu, masih beli pupuk kimia yang membuat tangan terasa mutung (terbakar),” tambahnya.

Baca Juga:

Untuk menuju demplot harus melewati beberapa kolam ikan. Kolam-kolam itu dulunya petak sawah juga, tapi terbenam luapan Sungai Komering yang tidak kunjung mengering. Di pinggir salah satu kolam ikan terdapat padi-padi terapung, metode lain penanaman padi untuk sawah pasang surut. Sementara di pinggir kolam lainnya terdapat kandang bebek.

Di sepanjang jalan setapak antar kolam ditanami cabai rawit. Terlihat juga instalasi hidroponik berisi sayuran pakcoy. Aisyah menyebut, kawasan persawahan peninggalan suaminya ini mendapat pendampingan mina padi sejak 2022. Selain mengelola mina padi, ia juga belajar mengolah panen pakcoy menjadi keripik dan membuat telur bebek asin.

Julian Junaidi Polong, tenaga ahli pertanian dari Universitas Sriwijaya mengatakan, sebelumnya petani di Banyuasin belum mengenal mina padi sebagai sistem pertanian dan perikanan yang terintegrasi. Sawah tradisional di sini panen satu kali satu tahun, selanjutnya terkena banjir.

Mina padi dikembangkan di sawah pasang surut untuk meningkatkan produktivitas petani karena ikan dan padi bisa saling bersimbiosis. Dari beberapa riset menyebutkan, hama-hama tanaman padi dapat menjadi pakan ikan secara alami dan kotoran ikan sendiri dapat menjadi pupuk organik. Ia membenarkan, petani juga mulai diperkenalkan pupuk cair dan pestisida nabati.

“Uji coba di tingkat demplot cukup berhasil serta menguntungkan. Percontohannya sudah ada, tinggal dikembangkan di tingkat usaha tani warga,” ungkap Ketua Yayasan Spora Institute ini.

Dari sini, menurutnya, dapat menjawab tantangan ketahanan pangan di sawah pasang surut. Apalagi jika bisa menanam dua kali dalam setahun. Setelah panen Oktober 2024, demplot langsung ditanam lagi agar bisa panen sebelum puncak musim hujan pada Februari 2025.

Baca Juga:

Hanya saja, untuk menerapkan lebih luas ke seluruh lahan petani butuh kerjasama pemerintah karena butuh biaya besar pembuatan tanggul dan pompa air untuk mengatur banjir.

Ahmad Adi Suhendra dari PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit III Plaju mengatakan, pihaknya mendukung progam mina padi setelah melihat masalah pertanian di dekat kilang Plaju. Dukunganannya selain di hulu, juga di hilir berupa pengemasan beras organik, keripik, serta ikan dan telur asin, hingga pendistribusiannya.

“Kini produktivitas petani di sini sudah bertambah, dari panen sebelumnya rata-rata 2 ton per hektar menjadi 3,5 ton per hektar. Kami berharap, dicontoh petani sekitar agar lahannya lebih produktif.” (yulia savitri)