Gudang Garam (GGRM) Resmi Dikeluarkan dari LQ45

Rokok Surya Gudang Garam (GGRM) (Dok/flickr.com)

JAKARTA – PT Gudang Garam Tbk (GGRM), emiten rokok ternama di Indonesia, kini resmi dikeluarkan dari Indeks LQ45, kelompok saham-saham unggulan di Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Hasil evaluasi terbaru menunjukkan saham GGRM tidak lagi memenuhi kriteria ketat terkait kapitalisasi pasar dan likuiditas, sehingga BEI memutuskan untuk mengeluarkan GGRM dari indeks ini, yang efektif mulai 1 November 2024 hingga 31 Januari 2025.

Keluarnya Gudang Garam dari LQ45 langsung memberikan dampak langsung pada harga sahamnya, yang melemah 1,32% menjadi Rp14.950 per saham pada perdagangan 28 Oktober 2024. 

Baca juga:

Seiring dengan itu, GGRM mengalami tren penurunan sebesar 21,73% dalam enam bulan terakhir. Sementara itu, pada masa puncaknya di Maret 2019, saham GGRM pernah mencapai harga tertinggi sebesar Rp100.975 per saham.

Tantangan Industri Rokok

Penurunan kinerja saham ini diiringi oleh perubahan besar di industri rokok, termasuk kenaikan tarif cukai yang menyebabkan harga jual meningkat dan mengurangi daya beli masyarakat. Aturan yang semakin ketat terhadap iklan rokok juga membuat perusahaan-perusahaan tembakau semakin sulit dalam mempromosikan produk mereka, menghambat pertumbuhan pendapatan mereka di sektor ini. 

Sebagai tanggapan terhadap tantangan ini, GGRM mengalami penurunan laba bersih yang signifikan pada Semester I-2024, yaitu sebesar Rp925,51 miliar, anjlok 71,8% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Untuk menanggulangi tantangan industri rokok yang kian berat, Gudang Garam bia dibilang mulai mengalihkan sebagian besar fokusnya ke sektor infrastruktur melalui proyek-proyek besar yang diharapkan dapat menghasilkan pendapatan jangka panjang. A

nak perusahaannya, PT Surya Dhoho Investama, telah menginvestasikan dana senilai Rp14 triliun dalam pembangunan Bandara Dhoho di Kediri, Jawa Timur, yang mulai beroperasi pada April 2024. 

Selain itu, GGRM juga memulai proyek Jalan Tol Kediri-Tulungagung sepanjang 44,17 kilometer dengan investasi mencapai Rp9,92 triliun. Kedua proyek ini diharapkan bisa memperluas portofolio bisnis perusahaan dan mengurangi ketergantungan pada sektor rokok.

Langkah diversifikasi ini menunjukkan komitmen Gudang Garam dalam mengembangkan strategi bisnis yang lebih stabil dan berkelanjutan. Namun, perusahaan ini masih menghadapi tekanan berat dari peraturan yang ketat di industri rokok, yang membatasi pertumbuhannya di sektor utama mereka. 

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Pasza Bagaskara pada 28 Oct 2024 

Bagikan

Related Stories