Perkuat Konservasi Gajah Sumatera di Lanskap Sugihan-Simpang Heran OKI

Senin, 13 Oktober 2025 10:24 WIB

Penulis:Redaksi Wongkito

Editor:Redaksi Wongkito

IMG-20251012-WA0027.jpg
Penandatanganan piagam kerja sama di sela acara IUCN World Conservation Congress di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), Sabtu, 11 Oktober 2025.  (ist/belantara )

PALEMBANG, WongKito.co - Gajah Sumatra, terutama kelompok yang hidup di Lanskap Sugihan-Simpang Heran, Sumatera Selatan, perlu mendapat perhatian khusus dalam upaya pelestariannya. Sebab, wilayah jelajahnya tumpang-tindih dengan kawasan industri berbasis lahan dan pemukiman masyarakat.  Hal ini mendorong Belantara Foundation meyakinkan pihak Conservation Allies untuk berkolaborasi dalam upaya konservasi gajah sumatera.

Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dolly Priatna mengatakan, untuk menguatkan upaya konservasi gajah sumatra yang diinisiasi selama ini, pihaknya berhasil menjalin kolaborasi dengan Conservation Allies yang ditandai dengan piagam kerja sama.

Penandatanganan kerja sama ini disaksikan secara langsung oleh Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Kehutanan Republik Indonesia (Dirjen KSDAE Kemenhut RI), Prof Satyawan Pudyatmoko, dan Koordinator Regional Hutan dan Lahan Kering IUCN Asia, Satrio Wicaksono, di Asia Pavilion di sela acara IUCN World Conservation Congress di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), Sabtu, 11 Oktober 2025. 

“Conservation Allies membantu melalui dana hibah serta penggalangan dana publik selama dua tahun di Amerika Serikat,” kata Dolly dalam keterangannya yang dikutip, Senin (13/10/2025).

Dolly menambahkan, Lanskap Sugihan-Simpang Heran di Sumatera Selatan yang dihuni oleh 100-120 individu gajah liar bukan hanya penting bagi konservasi gajah sumatra, tapi juga bagi penghidupan masyarat desa setempat. Oleh karenanya, diperlukan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, sektor swasta, lembaga konservasi, masyarakat desa, serta media.

Adapun upaya yang Belantara lakukan bersama para mitra selama ini, jelasnya, berfokus pada beberapa aspek, seperti peningkatan kapasitas bagi tim mitigasi konflik manusia-gajah. Pihaknya juga mendukung infrastruktur mitigasi konflik seperti menyediakan tower pemantauan, penyadartahuan dan edukasi bagi anak-anak usia dini. Selain itu, dilakukan pengayaan pakan gajah dan menyediakan “artificial saltlicks” (tempat menggaram buatan) untuk memenuhi kebutuhan mineral yang menjadi nutrisi tambahan bagi gajah.

President of Conservation Allies, Paul Salaman mengatakan, program konservasi gajah sumatra yang dijalankan Belantara Foundation di Lanskap Sugihan-Simpang Heran merupakan program yang sangat dibutuhkan pada era sekarang ini, dimana koeksistensi antara manusia dengan satwa liar sudah menjadi keniscayaan. 

“Dana yang terkumpul harus dikelola secara transparan dan dialokasikan sepenuhnya untuk mendukung kegiatan di lapangan," tegas Paul. 

Pihaknya mengajak masyarakat global untuk turut berpartisipasi dalam mendukung upaya ini dengan berdonasi melalui tautan https://conservationallies.org/appeals/achieve-coexistence-between-local-communities-andwild-elephants/. 

Upaya keduanya untuk bermitra dalam mendukung upaya konservasi gajah sumatra diapresiasi oleh Dirjen KSDAE Kemenhut RI, Satyawan Pudyatmoko. Mengingat, gajah sumatra termasuk ke dalam satwa liar dilindungi sesuai peraturan yang ada dan saat ini berstatus Critically Endangered (kritis) menurut the International Union for Conservation of Nature's Red List of Threatened Species (IUCN).

“Inisiatif ini sangat bagus dan kami berharap dapat mengubahnya menjadi sebuah koeksistemsi yang harmonis antara masyarakat dengan gajah sumatra di Lanskap Sugihan-Simpang Heran, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan”, ujar Satyawan. 

Sebagai tambahan informasi, Belantara Foundation menghadiri IUCN World Conservation Congress 2025 di Abu Dhabi ADNEC Centre yang diselenggarakan pada 9 Oktober 2025 hingga 15 Oktober 2025. Tujuan utama Belantara berpartisipasi pada kongres ini adalah untuk mempromosikan kepada jaringan global tentang upaya yang telah dilakukan terkait pemulihan dan perlindungan hutan terdegrasi di Provinsi Riau serta upaya konservasi biodiversitas terutama gajah sumatra di Provinsi Sumatera Selatan. 

Tujuan lainnya adalah mengajak mitra-mitra global untuk turut mendukung dan berkontribusi dalam upaya pelestarian biodiversitas di Indonesia khususnya di Pulau Sumatera. 

IUCN World Conservation Congress merupakan perhelatan akbar yang digelar setiap empat tahun yang menjadi ajang bagi komunitas global untuk bersatu, menetapkan prioritas, dan mendorong aksi nyata bagi konservasi alam serta pembangunan berkelanjutan. Kongres ini juga menjadi forum terbesar bagi ilmu pengetahuan, praktik, dan kebijakan konservasi. Para ilmuwan, pakar kebijakan, pelaku usaha dan professional dari berbagai negara berbagi pengalaman, inovasi, serta riset mereka. IUCN WCC 2025 ini, dihadiri oleh lebih dari 10.000 peserta termasuk delegasi dari sekitar 160 negara. (*)