Setara
Kampanye 16 HAKTP: Media simburcahaya.com Gelar Diskusi Publik Perempuan dalam Lingkar Pinjol dan Praktik Rente
PALEMBANG, WongKito.co – Dalam rangka Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP) media yang focus pada isu keseteraan perempuan, simburcahaya.com menyelenggarakan diskusi publik dan kampanye digital bertajuk Menciptakan Ruang Aman Buat Perempuan In This Economy, dengan subtema “Perempuan dalam lingkar Pinjol dan Praktik Rente” di Palembang, Kamis (4/12/2025).
Pemimpin Redaksi simburcahaya.com, Nila Ertina FM, dalam sambutannya menjelaskan bahwa acara ini dilatarbelakangi pengalaman nyata perempuan pengusaha yang menjadi korban praktik rentenir. “Kekerasan terhadap perempuan, tidak hanya sebatas seksual, tapi juga ekonomi, termasuk praktik rentenir dan pinjaman online atau pinjol ,” ujarnya.

Acara tersebut, menghadirkan tiga narasumber yaitu Iis Letty Jumiati, SE (CEO PT Mitra Aren Indonesia), Sutarmi (Credit Union), dan Ressy Tri Mulyani, S.H,M.H (Hello Sister Indonesia).
Baca Juga:
- Kolaborasi OJK Sumsel dan Pemkot Palembang, Akselerasi Inklusi dan Akses Keuangan untuk Ekonomi Berdaya
- Mengupas Dampak Ekspansi Sawit dan B50 Terhadap Banjir Sumatra 2025
- Gaji Harus Sesuai! Strategi 'Quiet Ambition' Gen Z dan Milenial di Dunia Kerja
CEO PT Mitra Aren Indonesia, Iis Letty Jumiati mengungkapkan beragam permasalahan yang dihadapi sebagai pengusaha parempuan, terutama dalam mengakses dana pengembangan usaha.
“Saya sudah sangat akrab dengan praktik rentenir dengan modus berinvestasi, karena biasanya untuk pencairan dananya lebih mudah tetapi berbunga mencekik,” kata dia.
Ia mengungkapkan sebagai pengusaha perempuan dirinya sangat sadar untuk membangun perkuatan permodalan bagi perempuan, apalagi pekerja yang telah bersama sejak puluhan tahun mayoritas perempuan.
“Upaya memutus rantai praktik rentenir itu tidak mudah, tetapi mendengar langsung penyampaian paparan dari Ibu Sutarmi dari Credit Union tentunya memberikan harapan baru bagi perempuan untuk bisa bersama membangun kekuatan ekonomi,” kata dia.
Sebelumnya Ketua Credit Union (CU) Sumatera Selatan, Sutarmi mengungkapkan berangkat dari masalah kekerasan ekonomi yang dialami perempuan mendorong Women Crisis Centre (WCC) Palembang membangun CU pada tahun 2015.
“Awalnya, kami hanya 10 orang kini sudah beranggotakan 80 perempuan dan mampu meminjamkan hingga Rp30 juta per anggota,” kata dia.

Dia menjelaskan konsep simpan pinjam yang diterapkan CU, menerapkan prinsip setara tidak hanya dalam hal pinjaman dan tabungan saja tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
“Kami menyampaikan kepada anggota menerapkan perspektif kesetaraan dalam kehidupan berkeluarga sehingga tidak adalagi perempuan menjadi korban karena masalah ekonomi dan relasi kuasa yang timpang,” ujar dia.
Baca Juga:
- Universitas Tamansiswa Palembang, Selenggarakan Kuliah Umum dan Praktik Tanggap Darurat
- KAI Divre III Palembang Pastikan Keselamatan Libur Nataru 2025/2026 dengan Rampcheck SPM
- Banjir Pidie Jaya, Puluhan Warga Bertahan di Loteng Tanpa Logistik
Sementara Fasilitator Hello Sister Indonesia, Ressy Tri Mulyani, SH, MH mengatakan permasalahan hukum yang dialami perempuan masih didominasi disebabkan masalah ekonomi.
“Namun, sebenarnya perempuan bisa berdaya ketika memiliki kemampuan atau kekuatan ekonomi, karena kekerasan biasanya terjadi karena adanya relasi kuasa yang tidak seimbang,” kata dia.(Mg/Muhammad Ridho Akbar)

