Produk China Paling banyak Diimpor Indonesia, 2 Negara Produsen lainnya Juga di Asia

Selasa, 16 Juli 2024 11:06 WIB

Penulis:Nila Ertina

Buah menjadi salah satu komoditas yang paling banyak diimpor dari China
Buah menjadi salah satu komoditas yang paling banyak diimpor dari China (Foto Chinadaily.com)

JAKARTA – Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Juni 2024 mengungkapkan nilai impor mengalami penurunan signifikan sebesar 4,89% dibandingkan dengan bulan Mei 2024, yaitu dari US$19,40 miliar atau sekitar Rp 313,8 triliun.

"Turunnya nilai impor secara bulanan disebabkan oleh penurunan nilai impor non migas dengan andil penurunan 7,58%,"  kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti Senin (15/7/2024).

Berdasarkan asal negara, impor paling banyak berasal dari China. Tercatat nilai impor komoditas non migas dari Negeri Tirai Bambu mencapai US$5,34 miliar pada Juni 2024, meningkat 10,12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Tak hanya itu, komoditas lain yang diimpor dari China dalam volume besar adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya senilai US$1,09 miliar. Lalu disusul impor komoditas plastik dan barang dari plastik senilai US$297,82 juta.

Baca Juga:

Barang lain yang turut impor dari China seperti kendaraan dan bagiannya, besi dan baja, bahan kimia organik, barang dari besi dan baja, berbagai produk kimia, filamen buatan, perabotan, lampu dan alat penerangan lainnya.

Tak hanya China, Jepang juga menjadi negara impor terbesar Indonesia tercatat nilai impor dari Negeri Sakura mencapai US$1,12 miliar dengan komoditas terbanyak berupa mesin/peralatan mekanis dan bagiannya, besi dan baja, kendaraan dan bagiannya, hingga mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya.

Lalu di posisi ketiga sebagai importir terbesar Indonesia adalah Singapura. Nilai impor dari Singapura mencapai US$931 juta dengan komoditas di antaranya instrumen optik, fotografi, sinematografi dan medis.

Penurunan ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perlambatan ekonomi global, penurunan permintaan domestik, serta perubahan kebijakan perdagangan yang mempengaruhi aliran barang nonmigas ke Indonesia.

Perbedaan dinamika antara sektor migas dan nonmigas ini menunjukkan adanya perubahan pola konsumsi dan kebutuhan di Indonesia.

Baca Juga:

Kinerja ekspor Indonesia pada bulan Juni 2024 mengalami penurunan yang signifikan. Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), total nilai ekspor bulan juni mencapai US$20,84 miliar atau sekitar Rp337 triliun (kurs Rp16.180).

Jumlah tersebut  menurun sebesar 6,65% dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$22,33 miliar atau sekitar Rp361,2 trilun.

Penurunan nilai ekspor didorong oleh turunnya ekspor di sektor minyak dan gas (migas) serta sektor non-migas. Ekspor migas tercatat mengalami penurunan tajam sebesar 12,24%, dari US$1,42 miliar atau sekitar Rp22,9 triliun pada bulan Mei 2024 merosot ke angka US1,23 miliar atau sekitar Rp19,89 triliun pada bulan Juni 2024.

Disisi lain, ekspor non-migas juga menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Nilai ekspor non-migas turun sebesar 6,20%, dari US$20,91 miliar atau sekitar Rp338 triliun pada bulan Mei, menjadi US$19,61 miliar atau sekitar Rp317 trilin pada bulan Juni 2024.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Debrinata Rizky pada 16 Jul 2024