Rokok
Jumat, 24 Mei 2024 07:19 WIB
Penulis:Redaksi Wongkito
Editor:Redaksi Wongkito
Jakarta, Wongkito.co - Produksi rokok terus turun, akibat kebijakan pemerintah yang menaikkan tarif cukai hasil tembakau atau CHT. Namun berbeda dengan produksi kertas Pelinting justru memiliki peluang besar.
Jika dilihat dari sisi penerimaan negara dari cukai berdasarkan data APBN Kita, penerimaan cukai sepanjang 2023 mencapai 95,4% dari target atau Rp286,2 triliun. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut kondisi ini merupakan koreksi dari pertumbuhan positif dua tahun berturut-turut, tumbuh 26,4% pada 2022 dan 18% pada 2021. Jumat, 24 Mei 2024.
Sepanjang 2023, penurunan produksi rokok mencapai 1,8%. Namun, produksi rokok golongan II dan golongan III tetap dapat bertumbuh pada 2023. Sepanjang 2023, produksi rokok golongan II tumbuh 11,6% dan golongan III mencapai 28%. Sri Mulyani menyoroti pertumbuhan produksi rokok golongan III karena merupakan industri kecil dengan proses produksi manual.
Baca juga
Sedangkan hingga Maret 2024 penerimaan cukai di Indonesia sudah menyentuh Rp53 triliun atau 21,5% dari APBN. Tetapi penerimaan cukai sampai dengan Maret 2024 terpantau turun sebesar 6,9% secara tahunan.
Dalam data APBN Kita edisi April 2024, hal ini dipengaruhi oleh CHT yang turun 7,3% secara yoy, karena adanya penurunan produksi dari November hingga Desember 2023 diangkat 1,7% sejalan dengan kebijakan pengendalian konsumsi rokok.
Sedangkan untuk cukai MMEA tumbuh 6,6% yoy, etil alkohol tumbuh 16,2% yoy. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan produksi kedua BKC tersebut.
Meski menurut Kementerian Keuangan produksi rokok kian menurun, Kementerian Perindustrian mengatakan industri pelinting kertas sigaret (pre-rolled cones) merupakan sektor yang berpotensi menyerap banyak tenaga kerja dalam negeri, karena permintaan ekspor produk tersebut meningkat setiap tahunnya.
Melansir Antara, secara global, nilai perdagangan untuk produk linting sigaret pada tahun 2022 mencapai US$903 juta, sedangkan Indonesia baru memenuhi sebanyak US$61,8 juta atau 3,53% dari nilai perdagangan dunia.
Hal ini dikatakan Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika potensi besar bagi produk linting kertas sigaret dalam negeri untuk meningkatkan penjualannya ke pasar internasional, sehingga apabila industri terkait bisa memaksimalkan kebutuhan pre-rolled cones global, maka penyerapan tenaga kerja bisa dilakukan secara masif.
Putu menyebut, PT Mitra Prodin yang berlokasi di Bali. Perusahaan tersebut memiliki kapasitas produksi 2 miliar cones per tahun, serta mempekerjakan 4.556 karyawan.
Pihaknya mencatat perusahaan di Bali itu telah berhasil menjual sebanyak 746 juta pre-rolled cones ke pasar global sepanjang tahun 2021, serta mengapresiasi produk yang dibuat karena telah berhasil memenuhi standar industri tertinggi yakni Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, dan regulasi kesehatan Kanada.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Debrinata Rizky pada
4 bulan yang lalu