Senin, 28 Agustus 2023 12:43 WIB
Penulis:admin
Editor:admin
Jakarta, wongkito.co - Penjualan melalui live shopping atau live streaming seperti shopee atau tiktok yang dilakukan publik figur, perlu di verifikasi kebenarannya.
Tidak sedikit biaya yang dikeluarkan para publik pigur, demi mendapatkan endorse dari penjualan yang fantastis di live Shopping. Senin, 28 agustus 2023.
Managing Partner Inventure Yuswohady menilai narasi yang menggambarkan betapa mudahnya jualan melalui live shopping lewat kesuksesan para publik figur bisa menjadi bumerang. Ini terjadi ketika pelaku UMKM tidak berhasil melakukan penjualan sementara di benak mereka sudah terbentuk persepsi live shopping akan menghasilkan penjualan yang heboh.
Baca juga
“Bahaya ketika suatu kampanye over promise namun under deliver. Ini membuat orang merasa bahwa jualan melalui live shopping di Tiktok ternyata tidak seindah seperti yang terjadi pada para artis. Hal ini justru akan menjadi backfire,” kata Yuswohady akhir pekan ini.
Menurutnya jika tujuannya untuk mendorong banyak pelaku usaha seperti UMKM untuk ikut live shopping perlu di validasi apakah cara ini efektif. Tentunya kapasitas para pelaku UMKM tidak mungkin seheboh yang digambarkan dalam kampanye live shopping para selebritis.
Lebih jauh pakar pemasaran itu mengatakan, kampanye dengan melibatkan selebritis bisa dilihat sebagai upaya untuk membangun narasi bahwa kegiatan live shopping akan menghasilkan penjualan yang fantastis. Harapannya, para pelaku UMKM akan ikut tergerak untuk ikut melakukan kegiatan live shopping dalam transaksi penjualannya.
Namun, menurut Yuswohady, kita tidak memiliki informasi apakah terdapat pengaturan khusus atau tidak dalam pelaksanaan live shopping oleh para selebriti ini. Kemungkinan besar, ada kemungkinan bahwa beberapa pesanan masuk bukan secara organik langsung dari konsumen.
Oleh karena itu, masyarakat perlu bersabar dan melihat apakah live shopping yang sukses menghasilkan miliaran rupiah dalam satu sesi oleh para artis ini dapat berlanjut dan diadopsi oleh pelaku UMKM.
“Orang Indonesia memiliki budaya instan yang sangat kuat. Begitu ada narasi mengenai keberhasilan artis menggelar live shopping, mereka akan ikut-ikutan karena takut ketinggalan alias FOMO (fear of out missing),” lanjutnya.
Namun, sebelum mengikuti contoh yang diberikan oleh selebritis, pelaku UMKM sebaiknya melakukan uji validitas terlebih dahulu. Pertama, host dari acara live shopping tersebut adalah selebritis yang dari sisi pemasaran bisa dianggap sebagai influencer maupun key opinion leader (KOL). Kedua, para selebritis ini memiliki komunitas pengikut yang sangat besar, mencapai puluhan hingga puluhan juta orang, dengan hubungan emosional yang kuat.
Itu sebabnya, Yuswohadi bilang, wajar jika banyak orang berbondong-bondong mengikuti kegiatan live shopping yang diadakan oleh artis seperti Rafi Ahmad maupun Ruben Onsu. Pada dasarnya, mereka memiliki jutaan pengikut yang ingin melakukan interaksi dengan para artis. Inilah yang kemudian mendorong jumlah peserta dalam kegiatan live shopping para artis.
Baca juga
Sementara pelaku UMKM tidak memiliki pengikut atau komunitas yang besar seperti para selebritis tersebut. Padahal, ini menjadi syarat saat seseorang menggelar lapaknya di media sosial. Tanpa audiens, sehebat apa pun pelaku UMKM melakukan kegiatan promosi penjualan, metode penjualan melalui live shopping tidak akan bisa berhasil.
Dalam jangka pendek, Yuswohadi memperkirakan, kampanye live shopping dengan melibatkan para artis akan berhasil. Pelaku UMKM akan langsung ikut-ikutan menggelar live shopping lantaran FOMO.
Namun, apakah tren live shopping ini bisa bertahan lama atau tidak bergantung hasil yang pelaku UMKM peroleh. Jika jualan pelaku UMKM bisa selaris para artis, tren live shopping akan bertahan lebih lama. Jika tidak, hype atas kegiatan ini akan hilang.
Yuswohady menambahkan, kampanye mengenai kegiatan live shopping bisa dibilang berlebihan. Meski begitu, dari sisi pemasaran, live shopping merupakan alat baru yang bisa memperkaya kemampuan UMKM untuk menggaet pelanggan.
Tetapi, pelaku UMKM tidak bisa hanya sekadar terbuai dengan keberhasilan para artis. Mereka harus mengerjakan pekerjaan rumah untuk membangun basis komunitas yang kuat dengan relasi yang mendalam.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 28 Aug 2023