Selasa, 02 Juni 2020 22:24 WIB
Penulis:Nila Ertina
PALEMBANG, WongKito.co - Puncak penyebaran COVID-19 di Kota Palembang diprediksi terjadi, Senin (8/6) sehingga walikota setempat memperpanjang pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di kota yang dibelah Sungai Musi tersebut.
"Kami telah menerima hasil penelitian dari Jurusan Kesehatan Masyarakat (FKKM), Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri) yang menyatakan, bahwa puncak penyebaran Covid-19 pada tanggal 8 Juni 2020. Karena itu, kita memperpanjang PSBB sampai dua pekan kedepan, kata Walikota Palembang, Harnojoyo, (2/6).
Namun, ia menambahkan, untuk melanjutkan PSBB kedua, pemkot kembali mengkoordinasi seperti penerapan awal PSBB kepada Gubernur Sumsel dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
"Prosedurnya seperti awal, kita mengajukan kepada Gubernur untuk perpanjang PSBB dan nantinya Gubernur akan mengirim berkas atau koordinasi ke Kemenkes. Apakah PSBB kedua ini akan disetujui atau tidak itu semua keputusan Kemenkes," ujar dia.
Selama menunggu keputusan dari Kemenkes, warga Palembang tetap menerapkan protokol kesehatan dan semua aturan masih sama seperti saat PSBB.
Harno menyebutkan bila PSBB tahap dua terdapat perubahan beberapa poin aturan dalam Perwali Nomor 14 tahun 2020 yang telah diterbitkan pada PSBB pertama.
"Apa yang harus diperbaiki dalam Perwali, semua terkait bagaimana untuk memaksimalkan upaya pencegah COVID-19 di Kota Palembang," jelasnya.
Ia mengatakan, PSBB kedua nanti menjadi periode yang menentukan untuk mengendalikan penyebaran COVID-19 sehingga tempat-tempat tertentu akan dijaga ketat.
"Penjagaan dengan melibatkan semua unsur, yakni Polri, TNI, PolPP dan Dishub," ucapnya.
Harno menyatakan, bahwa penekanan kasus COVID-19 selama PSBB pertama berhasil. Indikatornya, dari angka insiden penyakit sebelumnya, jumlah penduduk, angka transmisi 2,5% dan angka contact rate.
Berdasarkan pertimbangan dari hasil paparan perilaku masyarakat selama PSBB dinyatakan sebanyak 30% masyarakat berada di rumah, 16% ada kegiatan di kantor, 15% pelayanan kesehatan dan 5% masyarakat yang berada di pasar.
"Pada 20 Mei angka reproduksi efektif mencapai 1,29 sementara per tanggal 31 Mei terjadi penurunan penyebaran yang mencapai 0,29," tutupnya. (Cha)