Sayembara Menulis Sedunia Angkat Tema Jalur Rempah dan Sejarah Kemaritiman Dunia

Sabtu, 27 Maret 2021 08:02 WIB

Penulis:Amalia

wangsamudra.JPG
Sayembara Menulis Sedunia diumumkan di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta, 26 Maret 2021.

JAKARTA, WongKito.co - Yayasan Wangsamudra bersama Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi membuka Sayembara Menulis Sedunia, dengan tajuk Jalur Rempah dan Sejarah Kemaritiman Dunia.

Ketua Panitia Festival Bangsa Samudra, Ramond EPU mengatakan, sayembara ini bagian dari rangkaian Festival Bangsa Samudra. Penyelenggaraannya didukung Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Kebudayaan, serta Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. “Sangat terbuka bagi siapa pun, warga negara mana pun,” ungkap Ramond.

Bagi yang hendak mengambil bagian, jelasnya, naskah sudah bisa dikirimkan ke sayembara@wangsamudra.id, sejak Sayembara Menulis Sedunia diumumkan di Museum Kebangkitan Nasional 26 Maret 2021.

Sayembara terbagi dalam tiga kategori, antara lain prosa (esai, artikel, dan reportase) dengan panjang tulisan 3-5 halaman A4, makalah ilmiah dengan panjang tulisan 5-10 halaman A4, dan sastra (cerpen, puisi, gurindam, dan sejenisnya). Khusus untuk sastra, panjang dan bentuk tulisan bebas disesuaikan dengan ekpsresi daerah masing-masing.

Naskah paling lambat diterima panitia pada 17 Juli 2021. Sertakan bidodata singkat penulis, foto, dan nomor kontak.

Dewan Juri Sayembara beranggotakan Gusti Asnan (Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Andalas), penyair Joko Pinurbo, ahli epigraf Ninie Susanti Tedjowasono, dan ahli bahasa Ganjar Harimansyah Wijaya. Mereka akan memilih 10 naskah dari masing-masing kategori. “Tidak ada juara satu, juara dua. Yang ada hanya naskah terpilih,” terang Ramond.

Sebanyak 30 Naskah terpilih dari semua kategori akan diterbitkan dalam buku Bunga Rampai Bangsa Samudra. Para penulisnya difasilitasi menghadiri Festival Bangsa Samudra, 17-23 September 2021 di Cagar Budaya Nasional Muaro Jambi, komplek percandian terluas di Indonesia, bahkan se-Asia Tenggara.

Selain itu, pada hari ketiga Festival Bangsa Samudra di forum Konferensi Jalur Rempah 19 September 2021, buku itu dimusyawarahkan.

KEMAH BUDAYA

Untuk diketahui, Festival Bangsa Samudra digelar selama tujuh hari tujuh malam. Berkemah di reruntuhan negeri lamo, Kawasan Cagar Budaya Nasional Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi.

Tujuannya menyambung kembali tali tua peradaban luhur Bangsa Samudra, bangsa yang menganut falsafah mengukur sama panjang menimbang sama berat dan menilai di atas patut.

Sesmenko Kemaritiman dan Investasi RI, Agung Kuswandono menilai Festival Bangsa Samudra bukan sekadar mengunggah ingatan sejarah Nusantara, namun lebih dari itu menjaga keberlanjutan pengetahuan bangsa dalam melahirkan keagungan budaya melalui tradisi-tradisi yang penuh makna.  

"Festival Bangsa Samudra ini akan terus memperkuat literasi, menjaga pengetahuan dan mengembangakan kearifan budaya kita sebagai bangsa bahari, negeri kepulauan terbesar di dunia, untuk selanjutnya diramu dalam kehidupan modern,” jelasnya.

Akan banyak kegiatan yang akan digelar dalam Festival Bangsa Samudra, mulai dari Workshop tiga aksara; Incung, Kawi, dan Lontaraq.

Kemudian ada juga Konferensi Jalur Rempah, Konferensi Nasional Bangsa Samudra, Konferensi Internasional: Sungai Urat Nadi Dunia, dan serangkaian sarasehan kebudayaan.

Kepala BPCB Jambi Agus Widiatmoko menyampaikan, Bangsa Samudra mengingatkan akan kata puitis Nyiur Melambai dan Rayuan Pulau Kelapa. Untaian kata yang merujuk sebuah negeri berjajar pulau-pulau berpagar pohon kelapa.

“Di tempat inilah bangsa kita lahir dan dibesarkan. Tanah tempat tinggal kita, air ruang kehidupan dan halaman depan kita. Itulah negeri kita, Kepulauan Nusantara,” tuturnya. (tri)