Sultan Sebut Erupsi Merapi Perbaiki Kerusakan Akibat Penambangan

Selasa, 14 Maret 2023 14:56 WIB

Penulis:admin

Editor:Redaksi Wongkito

merapi
Awan Panas Guguran teramati dari puncak Gunung Merapi, Sabtu (11/3). (ist/BPPTKG)

YOGYA, WongKito.co - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menilai erupsi Merapi merupakan peristiwa alam yang pasti terjadi dan akan berhenti dengan sendirinya. Siklus alam tersebut pada hakikatnya guna mengembalikan ekosistemnya, terlebih akibat adanya pengerusakan yang dilakukan para penambang di lereng Merapi.

“Yang penting ngebaki sing (memenuhi yang) dirusak karena ditambang, itu saja. Nanti kalau yang berlubang-lubang itu sudah tertutup kan berhenti sendirinya. Memang itu perlu (waktu) lama, karena memang tidak hanya di atas, yang di bawah juga pada berlubang," ungkap Sri Sultan dikutip dari Jogjaaja.com, jejaring WongKito.co, Selasa (14/03/23).

Sri Sultan sekaligus mengimbau agar masyarakat tidak perlu panik. Karena erupsi Merapi yang terjadi kali ini tidak seperti erupsi sebelum-sebelumnya. “Tidak apa-apa pokoke hanya sampai di atas saja, tidak akan meletus. Sudah berbeda, orang sudah 10 tahun lebih biasanya kan 4 tahun sekali meletus. Sekarang memang harus keluar ya harus nyembur tapi satu sampai dua kilometer karena yang ditambang di sekitar itu,” tuturnya.

Aktivitas penambangan juga sudah ditutup, sejauh ini. Beberapa masyarakat yang sebelumnya melakukan aktivitas penambangan dilakukan pendampingan dan pembinaan untuk membuka peluang ekonomi pada sektor pertanian. “Supaya mereka punya pendapatan dari produk di sektor pertanian, supaya tidak nambang lagi,” imbuh Raja Keraton Yogyakarta ini.

Terkait aktivitas Gunung Merapi tersebut, Tim Drone Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Badan Geologi telah melakukan survei pasca kejadian awan panas guguran Gunung Merapi pada 11-12 Maret 2023. Hasil pantauan menunjukkan, pada 11-12 Maret 2023, Gunung Merapi meluncurkan awan panas ke arah Kali Bebeng. Ujung luncuran awan panas guguran teramati di sisi barat daya di alur Kali Bebeng.

Berdasarkan pantauan foto udara menggunakan drone pada Minggu (12/03), jarak luncur awan panas guguran Gunung Merapi kali ini mencapai 3,7 km dari puncak Gunung Merapi. Adapun hingga Senin (13/03), tercatat 60 kejadian awanpanas guguran di Gunung Merapi.

Pasca rangkaian awan panas guguran selama beberapa hari ini, Badan Geologi masih belum mengubah status aktivitas pada Gunung Merapi. Saat ini, Badan Geologi masih menetapkan status aktivitas Siaga atau Level III untuk Gunung Merapi. Adapun status Gunung Merapi tersebut sudah di tingkat Siaga sejak 5 November 2020 lalu.

Badan Geologi menyatakan, potensi bahaya Gunung Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas guguran, pada wilayah Kali Woro sejauh 3 km dari puncak; Kali Gendol sejauh 5 km dari puncak; Kali Boyong sejauh 5 km dari puncak; dan Kali Bedog, Krasak, Bebeng sejauh 7 km dari puncak. Sedangkan lontaran material vulkanik jika terjadi erupsi eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak Gunung Merapi.

Seiring dengan musim hujan yang masih terjadi di DIY dan Jateng, BPPTKG mengimbau masyarakat untuk mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di puncak Gunung Merapi. Terkait rekomendasi yang diberikan yakni agar masyarakat tidak beraktivitas di sekitar puncak Gunung Merapi dalam jarak 7 kilometer arah Barat Daya ke arah Kali Krasak, serta jarak 5 kilometer di sektor Tenggara. (*)

Tulisan ini telah tayang di www.jogjaaja.com oleh Ties pada 14 Maret 2023.