Senin, 20 Maret 2023 21:35 WIB
Penulis:Nila Ertina
JAKARTA - Kolak jarang sekali dijumpai selain bulan Ramadan, tapi termasuk hidangan wajib ketika berbuka puasa.
Seperti diketahui, hampir semua daerah di Indonesia menjadikan kolak sebagai hidangan berbuka puasa.
Isian dan ragamnya juga cukup bervariasi, tapi umumnya berbahan pisang dan ubi-ubian dengan kuah gula merah dicampur santan.
Mengutip pendapat dari sejarahwan sekaligus penulis buku Jejak Rasa Nusantara: Sejarah makanan Indonesia, Fadlu Rahman, kolak kemungkinan berasal dari kata khalik yang memiliki makna sang pencipta.
Baca Juga:
Beberapa sejarawan mengatakan bahwa kolak merupakan sarana yang digunakan para pendakwah untuk menyebarkan agama Islam di masa lalu.
Arkeolog sekaligus dosen sejarah Universitas Negeri malang, Dwi cahyono lewat sebuah pernyataannya dalam Historia mengatakan hal serupa. Ia mengatakan bahwa bahan umum pada kolak, yakni pisang kepok merujuk pada kata kapok yang punya arti jera dalam bahasa Jawa.
Ia menambahkan, lambang pisang kepok pada kolak ini digambarkan sebagai peringatan agar manusia jera dalam berbuat dosa.
Pun halnya dengan bahan lain, yakni ubi. Dalam bahasa Jawa, ubi dikenal dengan sebutan telo pendem. Ubi dalam kolak menyiratkan manusia untuk mengubur kesalahan mereka dala-dalam dan selalu introspeksi diri.
Baca Juga:
Bahan dasar lainnya dalam kolak yakni santan pun rupanya merupakan penggambaran dari permohonan maaf. Sebagaimana diketahui, dalam bahasa Jawa, Santan disebut dengan santen yang merupakan kependekan dari kata "pangapunten" atau permintaan maaf.
Tiga unsur di atas jika disatukan dan diterapkan selama bulan Ramadhan tentunya menggambarkan upaya kedekatan dengan sang pencipta, yakni sang khalik.
Meski filosofi mengenai kolak saat ini tak diketahui banyak orang, namun hingga saat ini, citra kolak sebagai makanan khas Ramadan masih ada.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rizky C. Septania pada 20 Mar 2023