Dunia Anak-Anak: Minat, Impian, dan Kebersamaan Cerita dari Community Service Siswa SMA Sumatera Selatan

Dunia Anak-Anak: Minat, Impian, dan Kebersamaan Cerita dari Community Service Siswa SMA Sumatera Selatan (ist)

Oleh: Aurellia Rahma, Khafifah Hazriati Repalia, Ajeng DwiRatu Qaida M., Shafa Az-Zahra, Marsha Cahya Nadira A., Najma Hoirunnisa,  Zahra Salsabila Putri, Madhuri Puti Fadilah*
 

Siswa-siswi SMA Negeri Sumatera Selatan, bersama kakak-kakak dari Universitas Sriwijaya dan Kampung Pandai, melaksanakan pengabdian masyarakat di Rumah Yatim Nusantara, Kota Palembang. Program pengabdian berlangsung selama enam minggu dan dilakukan dengan penuh perhatian untuk menciptakan kegiatan yang tidak hanya bermanfaat secara langsung untuk adik-adik di Rumah Yatim, tetapi juga bermanfaat untuk pengembangan diri kami sebagai pelaksana. Minggu pertama kegiatan diawali dengan perkenalan dan pembagian kelompok, yang bertujuan membangun hubungan dan menanamkan pentingnya kolaborasi dalam tim. Kemudian dilanjutkan dengan membuat pot dari botol yang tidak hanya melatih kreativitas, namun juga dapat membantu belajar matematika, memperluas wawasan, hingga edukasi anti-bullying menjadi fokus utama setiap minggunya. 


Pada minggu kelima dan keenam, kegiatan yang dilakukan yaitu mempersiapkan dan melaksanakan pentas perpisahan sebagai wujud apresiasi dan kebersamaan yang telah terjalin selama program berlangsung. Melalui program ini selain menigkatkan keterampilan dan kepercayaan diri adik-adik, tetapi juga meningkatkan rasa kebersamaan dengan teman-teman dan lingkungan sekitar. Kebersamaan dan semangat belajar yang tumbuh dari kegiatan ini mencerminkan pentingnya eksplorasi dan rasa ingin tahu anak-anak, yang mampu menumbuhkan minat serta hobi baru, dan membangun kepercayaan diri mereka dalam mengejar impian dan cita-cita besar di masa depan.
 

Program ini menunjukkan bahwa seorang anak yang gemar bertanya artinya memiliki keinginannya untuk belajar hal-hal baru, mengeksplorasi ide-ide baru, dan memahami dunia di sekitarnya. Setiap hal baru tampak seperti peluang yang menarik, dan rasa ingin tahu mereka selalu tumbuh. Anak-anak memiliki ketertarikan unik, seperti bermain dan melakukan eksplorasi bersama teman-teman. Anak- anak juga memiliki impian besar mulai dari menjadi tentara, pemain timnas, sampai pembalap.  Kebersamaan saat bermain dan belajar bersama teman-teman dapat membentuk ikatan emosional yang erat.  

Kegiatan dan Hobi Sehari-hari
 

Dimulai dari hal sederhana seperti mengeksplorasi lingkungan yang  membuat anak memiliki ketertarikan yang pada akhirnya menjadi hobi.
 

“Saya suka memanjat pohon.”
Ujar salah satu anak. Hal ini menggambarkan bahwa anak suka mengeksplorasi dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi sebagau memicu munculnya hobi dan ketertarikan mereka.

Aspirasi dan Cita-Cita Masa Depan
 

Dari hobi yang berasal dari eksplorasi ini dapat memunculkan cita-cita yang diharapkan anak-anak bagi masa depan mereka. 
 

“Cita-cita menjadi tentara dan ingin naik kendaraan tank.” 
Kata salah satu anak. Dari ungkapan tersebut tersebut tersirat impian besar yang ingin gapai di masa depan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak memiliki mimpi dan harapan yang tak dapat dibatasi oleh suatu hal maupun keadaan.

Ikatan Emosional dengan Lingkungan

“Ditempat ini saya disekolahkan dan dibesarkan, bersama teman-teman terasa kekeluargaan”, ujar salah satu anak. 
Melalui eratnya ikatan sosial serta kebersamaan yang terjalin, anak-anak dapat menumbuhkan dan mengembangkan rasa persahabatan juga sikap saling menghargai kepada teman-teman serta lingkungan di sekitar mereka.

Perkembangan Psikososial Anak


Teori perkembangan psikososial Erik Erikson, terutama pada tahap industry vs. inferiority merupakan teori yang sangat relevan untuk memahami perkembangan anak-anak, khususnya anak usia sekolah dasar (6-12 tahun). Tahapan ini menitikberatkan pada pentingnya dukungan sosial baik yang berasal dari orang tua, guru, maupun teman sebaya guna membangun rasa percaya diri dan kompetensi dalam diri anak.
 

Industry


Dalam tahap ini, anak menggali dan mengeksplorasi potensi diri melalui kegiatan di sekolah, bermain, serta berinteraksi dengan orang disekitarnya. Saat anak berhasil menyelesaikan tugas atau meraih kesuksesan dalam bidang akademik dan sosial, dari sanalah anak mulai membangun kepercayaan diri dan kompetensi. Bimbingan serta pujian yang berasal dari orang berpengalaman sangat mendorong anak untuk mengembangkan kepercayaan diri dan semangat untuk terus belajar dalam diri anak. 
 

Inferiority
 

Sebaliknya, ketika anak menghadapi kegagalan tanpa mendapatkan dukungan yang memadai, anak cenderung rendah diri dan merasa tidak berhasil. Situasi ini berpengaruh pada keyakinan anak akan kemampuan diri mereka dan dapat berdampak pada perkembangan kepribadian anak di masa depan.
 

Peran Lingkungan
 

Di tahap ini, anak mulai menjalin interaksi sosial yang lebih luas dengan orang-orang di luar anggota keluarga, seperti teman, guru, serta lingkungan sekolahnya. Dengan adanya persaingan, kerjasama, dan evaluasi orang lain dapat memberikan anak pengalaman baru untuk menumbuhkan rasa kompetensi diri mereka.
Menurut Erikson, dukungan dari lingkungan berperan penting bagi anak guna mengembangkan rasa percaya diri yang kokoh. Tanpa dorongan yang positif, anak dapat mengalami rasa rendah diri dan memengaruhi perkembangan mereka hingga usia dewasa.

Kesimpulan

Artikel ini menggarisbawahi pentingnya eksplorasi, rasa ingin tahu, impian, dan kebersamaan dalam kehidupan anak-anak seperti cerita dari Community Service Siswa SMA Sumatera Selatan di Rumah Yatim Nusantara, Kota Palembang. 

Anak-anak yang  senang bertanya dan mengeksplorasi menunjukkan adanya dorongan alami untuk belajar dan mengembangkan minat mereka yang pada akhirnya dapat membentuk hobi dan cita-cita. Selain itu, ikatan emosional dengan teman-teman dan lingkungan mereka memberikan dukungan untuk pengembangan nilai-nilai seperti persahabatan, rasa saling menghargai, dan empati.

* Mahasiswa FKM dan Siswa SMAN Sumsel


Related Stories