Harga Bokar Tak Stabil, Muba Dorong Percepatan Hilirisasi Karet

Ilustrasi (ist)

SEKAYU - Tidak stabilnya harga bahan olahan karet rakyat alias bokar semakin membuat perekonomian petani terperosok ke jurang yang lebih dalam, apalagi pascakenaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) yang memiliki perkebunan karet seluas 466.393,4 hektare (Ha) dengan kapasitas produksi mencapai 419.742 ton yang di dominasi perkebunan rakyat sebanyak 98,5%, tentunya menjadi salah satu masyarakatnya yang sangat terdampak akibat harga karet yang tidak stabil.

"Guna mendorong pertumbuhan ekonomi, kami mendorong percepatan hilirasi produk karet, sehingga komoditas andalan tersebut menghasilkan barang setengah jadi maupun barang jadi yang nilai jualnya lebih tinggi dan harga lebih stabil dari pada harga bahan baku," kata Pj Bupati Muba H Apriyadi saat menerima Audiensi Jajaran PT Bumi Rambang Palembang, tentang Kerjasama Pengolahan dan Pemasaran Lateks Pekat dengan Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB) di Kabupaten Muba, bertempat di Ruang Audiensi Bupati Muba, Senin (26/9/2022).
 

Baca Juga:

"Pengembangan sektor hilir komoditas perkebunan di Muba diperkuat dengan pengembangan infrastruktur pembangunan jalan berbasis aspal karet lateks. Pembangunan pabrik centrifuge lateks di 3 Kecamatan yaitu Keluang, Sekayu dan Babat Toman," ujar dia. 

Dia menambahkan masyarakat petani karet kelak tidak hanya sebatas menjual bokar saja tetapi juga mengolah menjadi lateks pekat ini justru teknologi pengolahan karet yang lebih menguntungkan.

"Disamping kita dorong lateks ini bisa dijual dengan harga lebih tinggi, kita dorong juga agar bisa hilirisasi lainnya misalkan home industri yang memproduksi karet gelang, sendal jepit atau yang lainnya. Jadi silahkan kita jajaki dulu bagaimana rencana kerjasama dengan PT Bumi Rambang Palembang ini, mudah-mudahan bisa terlaksana dan sesuai dengan visi misi kita untuk meningkatkan harga karet ini," ucapnya.

Direktur Utama PT Bumi Rambang Palembang Ibadallah Bajumi didampingi Direktur Pabrik Rangga Sumadibrata menyampaikan bahwa tujuan utama rencana kerjasama pengolahan dan pemasaran Lateks Pekat ini yaitu, sebagai pintu pembuka peluang besar bagi keberlangsungan sektor perkebunan karet.

"Harapan kami kedepan, PT Bumi Rambang ini dapat membantu mengedukasi dan bekerjasama dengan petani karet, apalagi di Kabupaten Muba sudah berdiri UPPB di setiap kecamatan, bahkan ada tiga UPPB sebagai produsen lateks pekat (Keluang, Babat Toman, Plakat Tinggi). Transformasi UPPB menjadi entitas bisnis dengan Program UPPB badan hukum, dan melatih petani untuk produksi lateks pekat dengan metode dadih, tinggal bagaimana mengoptimalkan mesin-mesin yang sudah ada tersebut,"ujarnya.

Dikatakan Rangga, prinsipnya PT Bumi Rambang Palembang punya niat yang sama yaitu, bagaimana petani karet ini bisa mendapatkan penghasilan yang lebih optimal dan petani punya pilihan untuk penghasilan pada sektor karet ini. Akan tetapi selama ini yanh sangat berperan terutama di Indonesia, adalah produksi sebatas bokar saja, oleh karena itulah PT Bumi Rambang Palembang berdiri sebagai pabrik lateks.

"Kegiatan produksi lateks pekat dimulai dari penerimaan lateks kebun, pendistribusian lateks kebun ke reception tank, pendistribusian lateks kebun ke separator, proses separating, pendistribusian lateks  pekat ke storage tank dan pembekuan skim. Kita sudah 14 tahun berdiri dan selama ini hanya gunakan karet dari kebun sendiri, alhamdulilah kami sudah mempunyai jaringan pembeli tetap lateks pekat kami, salah satunya perusahaan sarung tangan terbesar di indonesia," ujar dia.(ril)


Related Stories