BucuKito
Jangan Biarkan Mereka Menang! Stop Bullying Sekarang Juga!
Oleh: Rizka Fadila, Riska Septiani, Depi, Helendari, M. Dzulfadli Fawwaz, Dian Utami P, M. Naupal Akbar*
BULLYING adalah tindakan agresif yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan menyakiti atau mengintimidasi orang lain. Tindakan ini bisa berupa fisik, seperti memukul, menendang, atau merusak barang, atau bisa juga berupa verbal, misalnya mengejek, menghina, atau menyebarkan rumor.
Bahkan, di era digital seperti sekarang, bullying juga bisa terjadi secara online melalui media sosial atau pesan singkat.
Mengapa bullying terjadi? Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya bullying.
Seperti anak yang berbeda dari teman-temannya, baik secara fisik maupun sosial, sering menjadi sasaran bullying.
Baca Juga:
- Minta Pemberdayaan Ekonomi Kreatif, Anggota DPRD Sumsel Dapil X Serap Aspirasi Warga Banyuasin
- Hoaks: Prabowo Bikin Kuis Tebak Angka, Hadiah Puluhan Juta
- Intip 10 Penyanyi Terkaya di Dunia Tahun 2024, Ada Taylor Swift
Anak yang tumbuh dalam keluarga yang kurang harmonis atau mengalami kekerasan dalam rumah tangga, lingkungan sekolah yang tidak kondusif, kurangnya pengawasan dari guru, atau adanya kelompok anak yang kuat sering menjadi pemicu terjadinya bullying.
"Aku rasa perilaku temanku sudah termasuk bullying karena kata kakaknya, bullying itu termasuk yang memukul seperti itu," kata RN (11 tahun).
Seringkali anak-anak terjebak dalam perilaku bullying yang tidak disadari, yang dapat muncul dalam berbagai bentuk dan situasi.
Dalam kasus RN ia menunjukkan bahwa mulai memahami batasan antara bermain dan berperilaku agresif. Penting untuk ditekankan bahwa bahkan Tindakan yang dianggap “bercanda” dapat menjadi bullying jika dilakukan secara berulang dengan tujuan menyakiti.
DA (10 tahun) mengatakan taekwondo bisa digunakan untuk membela diri kalau ada yang mem-bully kita.
Ini menunjukkan bahwa anak-anak mencari cara untuk melindungi diri mereka dari perilaku bullying yang mungkin mereka alami atau saksikan. Namun, pemahaman mereka tentang bullying masih sangat dipengaruhi oleh pengaruh teman sebaya dan pandangan orang dewasa di sekitar mereka.
"Ada anak nakal kak, jadi kami tidak mau mengajaknya," ujar BL (8 Tahun)
Bullying juga dapat berdampak pada pelaku dan korban dimana dampak yang muncul dapat berupa fisik dan psikologis. Korban bullying dapat mengalami trauma emosional, kecemasan, bahkan hingga depresi.
Pelaku bullying juga berisiko mengalami masalah perilaku, dan kesulitan dalam membentuk hubungan sosial yang sehat. Hal ini menunjukkan bagaimana bullying dapat menciptakan perpecahan di antara teman-teman.
Anak yang menjadi pelaku bullying cenderung mempunyai empati dan interaksi sosial yang kurang baik dan cenderung mempunyai perilaku yang tidak normal, dan korban bullying dampaknya sering terisolasi secara sosial, tidak mempunyai teman, tidak memiliki hubungan baik dengan orang tua dan kesehatan mental menurun.
Adapun hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi bullying adalah dengan berbicara.
Meskipun terasa sulit, mengungkapkan kepada orang yang dipercaya dapat menjadi Langkah awal. Dukungan dari keluarga, sahabat, atau guru dapat memberikan kekuatan emosional untuk menghadapi situasi tersebut.
Selain itu, jangan ragu untuk melaporkan tindakan bullying kepada pihak yang berwenang, seperti kepada guru atau pihak sekolah. Bukan hanya itu peran teman sebaya sangat dibutuhkan. Teman sebaya dapat memberikan dukungan kepada korban, serta berani melawan tindakan bullying yang terjadi di sekitar korban.
Dukungan yang diberikan oleh teman sebaya dapat memberikan rasa aman dan kekuatan bagi korban bullying.
Baca Juga:
- Ini Informasi Menyesatkan: Gaji UMR Dipotong PPN 12%
- Konser Granada Musica Studio Group, Tampilkan 60 Murid Berbakat Kelas Vocal dan Gitar
- Konferensi Beijing+30, Feminis Muda: Pemerintah Indonesia Main Aman
Seperti yang dialami oleh R (13 tahun), seorang anak yang menyaksikan teman-temannya terlibat perkelahian.
“Awalnya mereka bercanda sambil pukul-pukulan kecil kak, tapi lama-kelamaan malah berkelahi beneran. Jadi aku dan temanku yang pakai baju merah bantu meleraikan mereka”, ujar R (13 tahun).
Tindakan sederhana seperti yang dilakukan R menunjukkan betapa pentingnya peran teman sebaya dalam meredam konflik dan menghentikan potensi bullying.
Keberanian untuk campur tangan dalam membantu korban bullying adalah tindakan yang sangat terpuji dan patut untuk dicontoh. Perlu diingat bahwa, kita semua bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari bullying, jangan birkan mereka menang! Stop bullying sekarang juga!
*Mahasiswa FKM Unsri dan Siswa SMAN Sumatera Selatan