KTT G20 Ditutup dengan Tidak Sepakat Turun Emisi Nol Persen pada 2050, Ini Penjelasannya

Para pemimpin G20 dalam pertemuan KTT G20 di Roma, Italia. (Twitter/@jokowi.)

JAKARTA, WongKito.co -- Pada penutupan KTT G20,  para pemimpin negara G20 tidak menyepakati komitmen untuk membatasi pemanasan global pada 1,5 derajat Celcius  pada tahun 2050.

Melansir Reuters, ambang batas 1,5 derajat Celcius adalah apa yang menurut para ahli PBB harus dipenuhi untuk menghindari percepatan dramatis peristiwa iklim ekstrem seperti kekeringan, badai dan banjir.

Pakar PBB mengatakan bahwa bahkan jika rencana nasional saat ini sepenuhnya dilaksanakan, dunia sedang menuju pemanasan global sebesar 2,7 derajat, dengan percepatan bencana seperti kekeringan, badai dan banjir.

Dalam dokumen para pemimpin G20 disebutkan rencana nasional saat ini tentang bagaimana mengekang emisi harus diperkuat termasuk janji untuk menghentikan pembiayaan pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri pada akhir tahun ini.

Blok G20, yang mencakup Brasil, China, India, Jerman, dan Amerika Serikat, menyumbang sekitar 80% dari emisi gas rumah kaca global.

China, penghasil karbon terbesar di dunia, dan juga Indonesia, telah menetapkan target 2060, sedangkan negara besar lainnya seperti India dan Rusia belum berkomitmen mengenai agenda emisi karbon nol persen.

“PR” COP26

Namun hasil negosiasi yang alot selama dua hari di antara para diplomat menyisakan pekerjaan rumah yang harus dilakukan Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-26 (COP26) di Glasgow pekan depan. Dari Roma, para pemimpin langsung terbang ke Skotlandia untuk mengikuti pertemuan itu.

Dokumen terakhir G20 mengatakan rencana nasional saat ini tentang bagaimana mengekang emisi harus diperkuat "jika perlu" dan tidak membuat referensi khusus untuk agenda 2050 sebagai tahun untuk mencapai emisi karbon nol persen.

"Kami menyadari bahwa dampak perubahan iklim pada 1,5°C jauh lebih rendah daripada pada 2°C. Menjaga 1,5°C dalam jangkauan akan membutuhkan tindakan dan komitmen yang bermakna dan efektif dari semua negara," bunyi pernyataan para pemimpin G20.

Adapun, PBB tidak menetapkan waktu untuk menghapus subsidi bahan bakar fosil, dengan mengatakan mereka akan berusaha untuk melakukannya "dalam jangka menengah".

Pada gas metana, yang memiliki dampak yang lebih kuat tetapi kurang tahan lama daripada karbon dioksida (CO2) pada pemanasan global, PBB menyederhanakan kata-kata mereka dari draf sebelumnya.*

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Daniel Deha pada 01 Nov 2021 


Related Stories