KabarKito
Mengulik Bisnis Pakaian Tradisional Palembang di Ilir Barat Permai, Barang Berkualitas Harga Terjangkau
WAKTU menunjukan hampir tengah hari, atau pukul 12.00 WIB kurang ketika kami memasuki kawasan Ilir Barat Permai atau yang dikenal juga dengan kompleks Pasar Ramayana, Palembang, Senin (25/3/2024).
Memasuki lorong pasar yang menjual beragam jenis pakaian bermotif tradisional Kota Palembang, yaitu kain jumputan atau pelangi, songket dan blongket alias blongsong songket tampak sepi. "Hanya kami berdua," gumamku.
Sementara setiap toko atau gerai yang menawarkan berbagai pakaian jadi kekinian, seperti kaftan, kemeja dan mukena tampak dijaga setidaknya dua orang pegawai dan pemilik toko.
Ramai suara menawarkan,"Masuklah bu, cari apo, baju atau kain bahan jugo ado," kata mereka bersahutan.
Baca Juga:
- Wah! Hacker Buktikan Bisa Membajak Mobil Tesla dengan Perangkat Murah dan Legal
- Eksistensi Sastra Tutur di Tengah Lahan Basah yang Semakin Terdesak
- Jadwal Imsakiyah Palembang, Senin 25 Maret 2024
Karena ramainya pedagang yang menawarkan jualan mereka, sempat terpikir mengurungkan niat untuk mencari pakaian yang dicari, meskipun akhirnya tetap berkeliling dari gerai ke gerai.
"Cari apo bu, masuklah," kata pegawai toko perempuan dengan bersemangat.
Setelah berkeliling, dan sempat berpapasan dengan satu kelompok pembeli dari Jakarta, akhirnya kami pun mengikuti perempuan penjaga toko tersebut, dan mengungkapkan sedang mencari pakaian yang dicari.
"Harga terjangkau, bahan berkualitas bagus," kata Umar pemilik gerai pakaian khas Palembang tersebut.
Ia mengungkapkan produk tekstil yang dijual tersebut kualitasnya tidak kalah dengan butik tetapi harga jauh lebih murah.
Ia mencontohkan, selembar pakaian kaftan dijualnya hanya Rp 175 ribu tetapi kalau di butik bisa mencapai Rp 500 ribu per lembar.
Bahkan untuk sepasang pakaian panjang dijual Rp 250 ribu per pasang, tambah dia.
Bertahan
Meskipun sepi, pedagang produk tekstil di Ilir Barat Permai mengaku tetap akan bertahan berjualan sampai memang usaha mereka tidak menghasilkan lagi.
Sahab pedagang pakaian mengungkapkan saat ini tinggal bertahan, walaupun sepi tetap akan menjual produk khas Kota Palembang tersebut.
"Kami sudah puluhan tahun berjualan dan memiliki kepuasan sendiri menjual pakaian dengan motif khas Palembang," kata dia.
Sebagai pedagang tentunya sangat berharap omzet akan meningkat signifikan, apalagi ini menjelang hari lebaran.
Tetapi, sudah dua pekan memasuki Ramadan, penjualan belum terdongkrak, ungkap dia.
Sementara bukan hanya menyediakan pakaian dan produk tekstil lainnya khas Palembang dengan harga terjangkau, pembeli juga dengan mudah mendapatkan barang dengan model kekinian di pasar wisata itu.
Sebagai salah satu pasar yang juga menjadi tujuan wisata di Kota Palembang, pembeli tidak hanya datang dari dalam kota tetapi dari berbagai daerah di luar Sumatera Selatan.
Pasar Wisata
Bertahannya pedagang di tengah sepinya transaksi di pasar wisata tersebut tentunya bukan hanya karena tidak ada usaha lain yang bisa mereka lakoni.
Produk tekstil yaitu jumputan, songket, blongket dan tajung menjadi salah satu ikon kota Pempek karenanya wisatawan yang datang dari berbagai daerah bahkan luar negeri menjadikan Ilir Barat Permai sebagai salah satu tujuan ketika datang ke kota yang dibelah Sungai Musi tersebut.
"Saya bersama teman-teman sengaja mampir ke sini untuk membeli oleh-oleh," kata Anas asal Jakarta.
Dia mengaku berkunjung ke Palembang, pulang tidak hanya membawa pempek sebagai oleh-oleh tetapi produk tekstilnya juga sangat melegenda, jika di Jawa ada batik, di sini juga banyak ragam produk tekstil bagus, tambah dia.
Hal senada diungkapkan, Oci yang beberapa waktu lalu membeli berbagai bahan untuk seragam pesta pernikahan keluarga di Jakarta di Ilir Barat Permai.
"Barangnya bervariasi dengan motif yang bagus serta kualitas tentunya tidak kalah dengan barang butik," kata dia.(Nila Ertina)