Ragam
Negara G7 Sepakat Berikan Bantuan Sebesar Rp800 Triliun dari Aset Rusia Yang Dirampas
Jakarta, Wongkito. co - Negara Ukraina mendapatkan dana segar baru, dari aset Rusia yang dibekukan oleh negara Eropa dan Amerika Serikat. Dana yang diterima Ukraina sebesar US$50 miliar atau sekitar Rp800 triliun (kurs Rp16.000).
Hasil itu didapat, setelah KTT Negara-negara G7 menyetujui pemberian bantuan untuk Ukraina dari aset yang diperoleh negara Rusia. Jumat, 14 Juni 2024.
Selanjutnya keuntungan setiap tahun dari aset Rusia yang dibekukan di Eropa dan Amerika US$3 miliar per tahun akan digunakan untuk membayar pinjaman. Dengan kata lain sebenarnya uang itu adalah milik Rusia. Uang sebesar Rp800 triliun kemungkinan juga tidak hanya akan diberikan sekali. Tetapi setiap tahun.
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan komitmen ini diberikan untuk Ukraina mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan mereka. “Ini sinyal jelas bagi presiden Rusia bahwa dia tidak bisa hanya diam saja. Ukraina akan memenangkan perang. Dan Rusia tidak akan,” katanya Kamis 13 Juni 2024 dikutip dari BBC.
Baca juga
- Impor Ilegal jadi Ancam Industri Tekstil Nasional, Termasuk Maraknya Batik Impor
- Cek Jadwal Pendaftaran dan Proses Seleksinya, Jalur Mandiri UIN Raden Fatah Palembang telah Dibuka
- Prakiraan Cuaca Palembang Jumat, Siang Hari tidak Ada Potensi Hujan
Saat ini ada sekitar US$350 miliar aset Rusia yang dibekukan di Amerika dan Eropa. Kyiv awalnya meminta agar seluruhnya diberikan kepada Ukraina. Tetapi Bank Sentral Eropa telah mengesampingkan hal tersebut. Hingga penggunaan keuntungan dari aset tersebut menjaid jalan tangah.
Dana US$50 miliar jelas uang yang besar. Uang tersebut akan penting dalam mendukung perekonomian Ukraina pada masa perang. Dana itu kemungkinan besar akan diterima akhir tahun ini.
Berbeda dengan paket bantuan Amerika yang secara diberikan dalam bentuk senjata, dana ini akan berdampak kecil pada jalannya perang saat ini. Pinjaman sebesar US$50 miliar ini lebih merupakan solusi jangka panjang terhadap kesulitan keuangan dan pertahanan Ukraina. Saat ini negara-negara Barat, selain menyediakan senjata, juga mengirimkan miliaran dolar kepada Ukraina setiap tahunnya untuk menjaga perekonomiannya tetap bertahan. Hal ini termasuk membayar gaji para guru dan dokter, serta mendanai pembayaran pensiun dan layanan sosial.
Idenya adalah bahwa Ukraina dapat menggunakan uang ini untuk berinvestasi dalam industri pertahanannya sendiri. Dan untuk memproduksi senjata melalui kerja sama dengan negara lain. Dengan demikian, seiring berjalannya waktu, ketergantungannya pada sekutu baratnya akan berkurang dalam hal pertahanan dan kelangsungan hidupnya. Negara ini juga akan mampu mengeluarkan dana untuk memperbaiki beberapa kerusakan besar yang disebabkan oleh perang. Terutama pada pembangkit listriknya yang memerlukan biaya perbaikan yang mahal.
Dan uang ini bukan sembarang uang. Ini adalah uang Rusia. Ini sangat simbolis bagi Ukraina. Penyerangnya kini terpaksa membayar. Tidak hanya untuk memperbaiki kehancuran yang ditimbulkannya, namun juga agar Ukraina dapat mempertahankan diri.
Menanggapi keputusan tersebut juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan menggunakan keuntungan aset Rusia akan sangat menyakitkan bagi Brussel. Ini karena Rusia juga memiliki properti dan dana Eropa yang signifikan. “Eropa menurutnya harus membayar semua kegilaan ini dengan mengeluarkan uangnya sendiri,” katanya.
Sebelumnya Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan tindakan terhadap aset Rusia di Barat akan mendapat tanggapan timbal balik. Karena di Rusia pada dasarnya jumlah dana Barat yang dibekukan sama besarnya. Dia mencatat baru-baru ini Rusia mendapat pendapatan dari aset-aset tersebut. Namun tidak disebutkan nilai total aset Eropa yang ada di negara tersebut.
Perjanjian Keamanan
Dalam KTT G7 Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Amerika Joe Biden juga menandatangani perjanjian keamanan bersejarah.
Perjanjian 10 tahun ini dianggap sebagai langkah awal bagi Ukraina untuk akhirnya bergabung dengan NATO. Sekaligus menegaskan dukungan Amerika terhadap Ukraina.
Perjanjian tersebut menyatakan bahwa jika terjadi serangan bersenjata terhadap Ukraina, Amerika dan Ukraina akan bertemu dalam waktu 24 jam untuk membahas tanggapannya. Perjanjian ini tidak mewajibkan Amerika mengirim pasukan untuk membela Ukraina.
Pernyataan tersebut menyatakan bahwa Amerika akan mendukung Ukraina dalam mengembangkan kekuatan militernya melalui pelatihan, perencanaan bersama, dan upaya keamanan siber. Washington juga akan membantu kyiv untuk mendapatkan kompensasi atas kerusakan yang disebabkan oleh Rusia.
Baca juga
- Aktivis Lingkungan Desak ADB Perbanyak Hibah bukan Hutang untuk Pembiayaan Transisi Energi
- Cinema XXI Resmikan Bioskop dengan Teknologi IMAX with Laser
- Belum Ada Bukti, Anggota DPRD DKI Jakarta Nyatakan Ikan Lele bisa Berantas Demam Berdarah
Joe Biden mengatakan Amerika akan meningkatkan tekanan terhadap Rusia. Perjanjian keamanan dan pemberian dana kepada Ukraina dari aset Rusia juga menunjukkan dukungan kuat terhadap Kyiv.
Dia mengatakan Departemen Keuangan Amerika juga telah memperjelas bahwa bank mana pun di dunia yang berurusan dengan bank-bank Rusia yang terkena sanksi akan dikenakan sanksi. Amerika telah menambahkan 300 sanksi baru. Pemimpin Rusia Vladimir Putin juga bergantung pada pendapatan dari proyek-proyek energy. Dan sanksi baru juga akan mengganggu proyek-proyek tersebut. Semua ini mengingatkan ke Putin bahwa Amerika dan Eropa tidak akan mundur.
“Putin tidak bisa menunggu kita keluar, dia tidak bisa memecah belah kita, dan kita akan bersama Ukraina sampai mereka menang dalam perang ini,” kata Biden.
Zelenskyy di bagian lain mengatakan perjanjian keamanan dengan Amerika benar-benar bersejarah.Dia juga memuji keberanian warga Amerika dan tentara Ukraina yang memungkinkan kesepakatan itu terjadi. Perjanjian ini juga disebut Zelenskyy sebagai jembatan untuk negara tersebut menuju keanggotaan NATO.
Sedangkan terkait rencana baru senilai US$50 miliar yang telah disetujui oleh G7, Presiden Ukraina menegaskan aset Rusia harus digunakan untuk melindungi kehidupan Ukraina. Untuk diketahui G7 terdiri dari tujuh negara kaya di dunia. Mereka adalah Amerika, Inggris, Prancis, Jerman, Kanada, Italia dan Jepang.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Amirudin Zuhri pada 14 Jun 2024