Setara
Perempuan Berperan Penting dalam Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim, KemenPPPA Lakukan Langkah ini
PALEMBANG, WongKito.co - Perubahan iklim bahkan krisis iklim kini sudah tidak bisa dihindari lagi, pemanasan global berdampak pada semua lini kehidupan.
Sehingga mengoptimalkan peran penting perempuan dinilai menjadi langkah yang tepat untuk mitigasi da adaptasi dari keluarga terhadap perubahan Iklim.
Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Lenny N. Rosalin belum lama ini mengatakan dialog nasional ini merupakan langkah awal dari serangkaian pertemuan yang akan diselenggarakan dalam rangka memenuhi komitmen Indonesia untuk melaksanakan Enhanced Lima Work Programme on Gender (LWPG).
“Hal ini, menjadi salah satu upaya mewujudkan komitmen KemenPPPA dan pihak-pihak terkait untuk menyusun Rencana Aksi Nasional Gender dan Perubahan Iklim serta membentuk Sekretariat Nasional Gender dan Perubahan Iklim di Indonesia. Sebelumnya, komitmen ini sudah pernah disampaikan pada Panel Tingkat Tinggi Sesi ke-27 Konferensi Para Pihak di Mesir, November 2022,” kata Lenny mengutip laman kemenpppa.go.id.
Baca Juga:
- Semen Indonesia Bersama BRIN Ciptakan Produk Ramah Lingkungan
- Cegah Pengguna Terima Foto dan Video Tidak Senonoh, Instagram Luncurkan Fitur Baru
- Blok Masela Ditarget Berproduksi Desember 2029
Ia mengungkapkan, sebagai negara kepulauan dengan beragam ekosistem dan masyarakat multikulture, perubahan iklim menimbulkan tantangan khusus yang harus dihadapi oleh perempuan, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah rawan bencana dan lingkungan rentan.
Perubahan iklim memberikan dampak yang luar biasa bagi perempuan Indonesia, diantaranya seperti ketidaamanan pangan, kesehatan dan sanitasi, akses air bersih, migrasi dan konflik, peran sosial dan ekonomi, hingga kerentanan terhadap kekerasan berbasis gender.
Tentunya, berbagai dampak tersebut sangat berpengaruh pada kehidupan perempuan, terutama perempuan penyintas kekerasan, perempuan kepala keluarga, dan perempuan pra-sejahtera yang kondisinya dapat diperburuk dengan adanya tantangan perubahan iklim, ungkap Lenny.
Menghadapi tantangan perubahan iklim yang begitu kompleks, Lenny menekankan pentingnya mengakui peran kunci perempuan dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, termasuk untuk mengintegrasikan dan mempertimbangkan peran perempuan dan kelompok rentan lainnya dalam kebijakan dan program nasional, maupun daerah.
Dimana sangat penting ditindaklanjuti peran perempuan sebagai pengelola sumber daya alam, akses perempuan terhadap pendidikan, kesehatan, dan pelatihan, serta promosi kesetaraan gender dalam pengambilan keputusan di tingkat masyarakat, regional, nasional, bahkan internasional.
Prioritas
Adapun area prioritas Rencana Aksi Nasional Gender dan Perubahan Iklim serta kesepakatan Enhanced LWPG turut disampaikan oleh Lenny, diantaranya (1) pembangunan kapasitas, manajemen pengetahuan dan komunikasi; (2) keseimbangan gender, partisipasi dan kepemimpinan perempuan; (3) koherensi, koordinasi dan penguatan kelembagaan; (4) implementasi dan sarana implementasi yang tanggap gender; dan (5) pemantauan dan pelaporan.
Lenny juga menjelaskan, dalam upaya mendukung peran perempuan melestarikan lingkungan dan mengatasi dampak perubahan iklim, KemenPPPA menjalankan program pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang menyasar perempuan dengan menguatkan masyarakat tingkat tapak, melalui komunitas Srikandi Sungai Indonesia, serta model pengembangan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA), dimana delapan dari 10 indikatornya berkontribusi pada upaya pelestarian lingkungan dan mengatasi dampak perubahan iklim.
Lenny berharap, dialog nasional ini menjadi awal dari upaya bersama dengan berbagai stakeholder untuk mengarusutamakan gender ke dalam kerangka penanganan perubahan iklim di Indonesia. Pelibatan multi-stakeholder ini juga bertujuan untuk berbagi pengetahuan, wawasan, ide, dan pengalaman, serta membangun kemitraan yang berkelanjutan untuk mencapai tujuan bersama, yakni pemenuhan mandat Enhanced LWPG di tingkat nasional.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK, Agus Rusly mengatakan partisipasi dan keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam upaya mengatasi dampak perubahan iklim merupakan hal penting untuk dilakukan, terutama dalam mendukung komitmen Pemerintah Indonesia untuk mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) yang menjadi salah satu penyumbang terbesar dalam perubahan iklim di Indonesia.
“Indonesia salah satu negara dengan tingkat emisi GRK yang tinggi dan pemerintah telah berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK melalui penyampaian dokumen First Nationally Determined Contributions (FNDC) pada 2016 silam, yang kemudian diperbarui melalui penyampaian dokumen Updated Nationally Determined Contributions (UNDC), bersamaan dengan dokumen Long-Term Strategy Low Carbon and Climate Resilience 2050 pada Juli 2021," kata dia.
Ia menjelaskan tidak sampai disitu saja, komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi GRK pun berlanjut melalui dokumen Enhance Nationally Determined Contributions (ENDC) pada September 2022 lalu yang disampaikan langsung kepada Sekretariat United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).
Baca Juga:
- Ayo Belanja ke Mitra 10 Tanjung Api-Api, Promo Late Nite Sale kembali Hadir
- UIN Raden Fatah Peringkat 5 Perolehan Medali di PKM III
- Diharapkan Jadi Inspirasi Kaum Perempuan, Peluncuran Buku “RA Anita Noeringhati Singa Betina Parlemen Bumi Sriwijaya” Meriah
Dokumen ENDC merupakan transisi menuju skenario yang selaras dengan Long-Term Strategy Low Carbon and Climate Resilience 2050 dengan visi untuk mencapai Net-Zero-Emission 2060 atau lebih cepat.
Di dalam dokumen ENDC juga tercantum bahwa dalam mendukung pencapaian target pengurangan emisi GRK, Indonesia menghargai, mempromosikan, dan mempertimbangkan kesetaraan gender, di antaranya dengan pembagian peran, tugas, kewenangan, dan kesempatan yang sama antara perempuan dan laki-laki, khususnya dalam aksi adaptasi dan mitigasi pengurangan emisi GRK.
“Aksi-aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang dapat dilakukan oleh perempuan dan laki-laki antara lain terkait dengan tata kelola air gambut, percepatan pengembangan mobil listrik, pengelolaan limbah cair industri, dan sebagainya. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk melakukan aksi-aksi adaptasi dan mitigasi perubahan lainnya seperti penghematan bahan bakar, konversi bahan bakar rendah emisi, penggunaan energi terbarukan, penanaman pohon, dan lain sebagainya,” jelasnya.(*)