Ragam
10 Tradisi Perayaan Waisak dari Berbagai Negara di Dunia, Festival Lentera hingga Teratai
PALEMBANG, WongKito.co – Pada Hari Waisak, umat Buddha di seluruh dunia memperingati tiga peristiwa penting dalam ajaran Buddha, yaitu kelahiran, pencerahan, dan wafatnya Siddharta Gautama.
Seiring penyebaran agama Buddha dari India ke berbagai penjuru dunia, perayaan Waisak pun berbaur dengan beragam budaya lokal. Oleh karena itu, Waisak dirayakan dengan cara yang berbeda-beda di berbagai negara.
Di Indonesia, Waisak ditetapkan sebagai hari libur nasional. Pemerintah juga menetapkan cuti bersama sebagai bentuk dukungan terhadap perayaan tersebut.
Merujuk pada SKB Tiga Menteri Nomor 1017 Tahun 2024, Nomor 2 Tahun 2024, dan Nomor 2 Tahun 2024, Hari Raya Waisak 2025 diperingati pada Senin, 12 Mei 2025.
Tema peringatan Waisak 2025 yaitu, Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan, Wujudkan Perdamaian Dunia. Terkait hal ini, berikut sekilas gambaran tentang bagaimana umat Buddha di berbagai belahan dunia memperingati momen spiritual ini.
Dilansir dari The Sun, berikut tradisi perayaan Waisak dari berbagai negara di dunia:
1. Indonesia
Indonesia adalah rumah bagi Candi Buddha terbesar di dunia dan salah satu situs paling suci dalam agama ini, yaitu Candi Borobudur. Terletak di Jawa Tengah, ribuan biksu akan melaksanakan ritual unik yang dikenal sebagai Pindapata pada Hari Waisak.
Para biksu akan mengelilingi candi sambil berdoa untuk menerima sedekah dan berkah bagi masyarakat Indonesia. Biasanya, ada prosesi besar yang menghubungkan candi-candi Buddha kuno, dimulai dari Candi Mendut di Jawa hingga Borobudur.
Umat juga melepaskan lentera terbang sebagai simbol cahaya dan pencerahan. Pemandangan ini sangat mempesona saat malam hari dengan sinar bulan purnama yang terang.
2. Bhutan
Di Bhutan, peringatan Parinirwana Sang Buddha yang dikenal sebagai Duechen Nga Zom dirayakan pada hari ke-15 bulan keempat dalam kalender Bhutan (Saga Dawa), yang biasanya jatuh pada bulan Mei atau Juni.
Sepanjang bulan Saga Dawa dianggap sebagai bulan yang penuh berkah, sehingga penjualan dan konsumsi daging dilarang selama periode suci ini.
Baca Juga:
- Manfaat dan Tantangan Tren Digital Detox di Era Serba Cepat
- BAKN DPR RI Nilai Positif Command Center Pupuk Indonesia yang Komitmen Terhadap Akuntabilitas
- Hoaks: Prabowo Nyatakan dukung Rismon Sianipar Usut Keaslian Ijazah Jokowi
Pada hari Duechen Nga Zom, umat Buddha di seluruh negeri akan memanjatkan doa dan menyalakan pelita mentega di kuil maupun biara. Mereka juga memutar roda doa serta memberikan persembahan untuk memperoleh pahala spiritual, yang diyakini akan berlipat ganda pada hari istimewa ini.
Di ibu kota negara, Thimpu, umat berkumpul di Tashichho Dzong—sebuah biara dan benteng Buddha yang juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan, ruang takhta, serta kantor Raja Bhutan.
3. Korea Selatan
Hari kelahiran Buddha (Seokga Tansinil) di Korea Selatan diperingati pada hari ke-8 bulan keempat dalam kalender lunar Korea. Saat itu, kuil-kuil Buddha dpenuhi dengan ribuan lampion teratai beraneka warna yang menjadi simbol kemurnian dan kebijaksanaan. Tak hanya itu, berbagai permainan tradisional Korea serta pertunjukan hiburan seperti tari topeng dan aksi akrobat juga digelar di area kuil.
Puncak perayaannya adalah Festival Lentera Teratai, sebuah tradisi yang telah berlangsung selama lebih dari 1.200 tahun. Kota-kota besar seperti Seoul biasany mengadakan parade meriah yang menampilkan replika Buddha serta simbol budaya lainnya seperti naga.
Para peserta membawa lentera berbentuk bunga teratai yang melambangkan kemurnian dan kebijaksanaan. Selain itu, perayaan juga dimeriahkan dengan pertunjukan seni tradisional dan permainan rakyat.
4. Thailand
Agama Buddha memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Thailand. Bahkan, para pemuda didorong untuk menjalani masa menjadi biksu sebagai bagian dari proses pendewasaan. Tak heran jika Hari Waisak (Visakha Puja) menjadi salah satu perayaan besar di negara ini.
Pada hari tersebut, umat Buddha berbondong-bondong datang ke kuil untuk bersembahyang dan memberikan persembahan demi memperoleh pahala.
Di kuil-kuil, para biksu menyampaikan khotbah keagamaan, sementara masyarakat memberikan persembahan berupa makanan, bunga, dan lilin yang melambangkan kefanaan duniawi. Selain itu, umat juga menjalankan lima sila, termasuk menjauhi minuman beralkohol. Karena itu, tempat hiburan seperti bar dan klub malam biasanya tutup selama perayaan berlangsung.
5. Jepang
Perayaan Hari Waisak di Jepang identik dengan bunga, terutama bunga teratai. Berdasarkan legenda, bunga teratai tumbuh di setiap jejak langkah Sang Buddha saat masih bayi. Dalam ritual memandikan patung Buddha, umat akan menyiramkan ama-cha—sejenis teh manis yang dibuat dari campuran daun hortensia—ke patung Buddha.
Mereka juga menghias patung Buddha dengan rangkaian bunga teratai di lehernya. Acara utama dari perayaan ini dikenal sebagai Kanbutsu-e atau Hana-matsuri (Festival Bunga) yang umumnya diadakan pada bulan April, bertepatan dengan musim mekarnya bunga sakura.
Baca Juga:
- BRI Tunjukkan Aksi Nyata di IPPA Fest 2025 untuk Fasilitasi Warga Binaan
- BRI Buktikan Ketangguhan, Raup Laba Triliunan di Tengah Krisis Global
- Dorong Faskes Ramah Disabilitas, HWDI Audit Sosial 6 Puskesmas di Palembang
6. China
Di China, pada Hari Kelahiran Buddha (Fódàn), umat Buddha akan menjalankan ritual Memandikan patung Buddha dengan menuangkan air wangi yang telah diberkati di atas patung bayi Buddha.
Ritual yang dinamakan Yufojie ini melambangkan pembersihan pikiran dari pengaruh negatif dan memulai lembaran baru. Umat juga membaca sutra dan menyalakan dupa di kuil. Burung-burung yang dikurung dilepaskan sebagai simbol untuk mendapatkan karma baik.
7. Nepal
Hari Waisak di Nepal merupakan hari libur nasional yang dikenal sebagai Buddha Jayanti. Umat Buddha akan berbondong-bondong menuju Lumbini, tempat kelahiran Buddha, dan mengikuti prosesi keagamaan di sekitar Lembah Kathmandu sambil melantunkan kitab suci Buddha. Banyak orang juga mengenakan pakaian putih bersih dan menghindari konsumsi daging.
Di kuil-kuil, diadakan doa, khotbah, dan ceramah tentang ajaran Buddha untuk menyebarkan pemahaman Buddha. Umat juga didorong untuk berbuat kebajikan, seperti menyumbangkan makanan, memberikan bantuan keuangan kepada amal, dan mendonorkan darah.
8. Sri Lanka
Waisak merupakan hari libur nasional di Sri Lanka. Pada hari itu, semua toko minuman keras dan rumah pemotongan hewan ditutup untuk memastikan tidak ada kematian selama perayaan. Warga menghias rumah mereka, sementara jalan-jalan dipenuhi dengan lilin dan lentera.
Gerbang dekoratif yang menggambarkan berbagai bagian dari kisah hidup Buddha, yang dikenal sebagai pandol, juga didirikan di jalan-jalan untuk melambangkan pencerahan. Selain itu, ada juga Dansala, yaitu prasmanan gratis untuk para biksu dan kaum miskin.
9. Kamboja
Hari Kelahiran Buddha dikenal sebagai Visak Bochea di Kamboja. Hari ini dianggap sebagai hari libur nasional, dan pengunjung akan melihat bendera Buddha yang dikibarkan di atas kuil serta diarak oleh para biksu di jalan-jalan. Para biksu juga membawa bunga teratai, lilin, dan dupa. Umat biasanya memberikan sedekah kepada para biksu sebagai bagian dari perayaan.
10. Myanmar
Pada Hari Waisak, umat Buddha di Myanmar membawa kendi tanah berisi air untuk menyiram pohon Maha-Bodhi yang suci (pohon Banyan), tempat di mana mantan Pangeran Siddhartta mencapai pencerahan dan menjadi Buddha.
Hari Waisak juga jatuh pada bulan Kason, yang merupakan tengah musim panas. Oleh karena itu, menyiram pohon-pohon Banyan yang dihormati ini memastikan bahwa pohon-pohon tersebut dapat bertahan menghadapi cuaca kering. Ritual menyiram pohon ini juga merupakan ungkapan kesalehan dan rasa hormat.
Demikian tradisi perayaan Waisak di berbagai negara di dunia. Semoga bermanfaat!
Tulisan ini telah tayang di TrenAsia.com oleh Distika Safara Setianda pada10 Mei 2025.