Ekonomi dan UMKM
3 Komoditas Unggalan Ekspor Sumsel Terkontraksi, Bubur Kayu Justru Melesat
PALEMBANG, WongKito.co - Sebanyak tiga komoditas unggulan ekspor Sumatera Selatan (Sumsel) yaitu bahan bakar mineral, karet dan barang karet serta minyak dan gas mengalami kontraksi atau terjadi penurunan.
Namun, bubur kayu atau pulp justru sebaliknya permintaan impor dari sejumlah negara mengalami peningkatan signifikan yaitu mencapai 66,41 persen y-on-y, demikian disampaikan Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto, Senin (7/8/2023).
Ia menjelaskan bahan bakar mineral mengalami kontraksi atau penutunan sebesar 22,59 persen y-on-y atau turun menjadi 693,82 juta dolar US dibanding tahun lalu 896,29 juta dolar US.
Lalu, karet dan barang dari karet menjadi 277,14 juta dolar US terkontraksi 35,82 persen y-on-y dibanding tahun lalu 431,81 juta dolar US.
Baca Juga:
- Pemerintah Membatalkan PMN 3 Triliun Kepada Waskita Karya
- XL SATU Diluncurkan, Akses Internet Super Cepat Layanan FMC Pertama di Indonesia
- Proyek DME Mandek Setelah di Tinggal Perusahaan AS
Kemudian minyak dan gas 128,97 juta dolar US terkontraksi 35,82 persen y-on-y dari tahun sebelumnya 159,53 persen.
Sedangkan pulp mengalami kenaikan ekspor yang mencapai 66,41 persen daris sebelumnya 228,89 dolar US menjadi 380,90 dolar US, ujar dia.
Wahyu mengatakan dengan terjadi kontraksi ekspor produk unggulan tersebut, tentunya berpengaruh pada neraca perdagangan di Sumatera Selatan.
Dimana tercatat neraca perdagangan Sumatera Selatan surplus 1,51 miliar dolar US pada triwulan II-2023 atau terkontraksi 10,21 persen (y-on-y), kata dia.
Tertinggi selama 3 tahun
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan II-2023 mengalami pertumbuhan yang paling tinggi selama 3 tahun secara q-to-q.
Angka pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan mencapai 4,57 persen pada kwartal kedua 2023.
Sedangkan secara nasional pertumbuhan ekonomi 3,86 persen sehingga Sumatera Selatan jauh melesat, tambah dia.
Wahyu mengungkapkan menurut lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan y-on-y tiga sektor tertinggi yang memengaruhi yaitu akomodasi dan makanan mencapai 12,91 persen.
Belanja administrasi pemerintah 10,94 persen dan sektor pertambangan menyumbang 10,36 persen, ungkap dia.
Baca Juga:
- Dirut Pertamina Tinjau Penyaluran LPG 3 Kg di Sumsel
- Siap Dukung Gaya Hidup Sehat dan Berkelanjutan, Astra Gelar Astra Half Marathon 2023
- Cek Fakta Capres Prabowo Subianto Mundur dari Pilpres 2024
Selain itu, sektor perdagangan 8,13 persen, informasi dan komunikasi 7,08 persen, transportasi 7,05 persen, real estate 3,15 persen serta jasa perusahaan 2,20 persen.
Sementara pertumbuhan ekonomi secara y-on-y 5,24 persen tetap lebih tinggi dibandingkan nasional 5,17 persen.
Dimana angka Produk Domestik Regional Bruto atas Dasar Harga Berlaku mencapai Rp 158,88 triliun dan Produk Domestik Regional Bruti atas Dasat Harga Konstann Rp 90,59 triliun sampai triwula kedua 2023.(ert)