30 Musisi Mundur dari Pestapora 2025, Simak Alasan Utamanya

Ilustrasi pestapora (istimewa)

JAKARTA, WongKito.co - Festival musik tahunan "Pestapora 2025" yang digelar pada 5–7 September di Jakarta berubah menjadi sorotan publik setelah lebih dari 30 musisi memutuskan mundur dari line-up.

Pemicu utamanya adalah keterlibatan PT Freeport Indonesia sebagai sponsor, yang dinilai bertentangan dengan nilai-nilai lingkungan dan sosial yang dijunjung komunitas musik independen.

Adapun musisi yang menyatakan mundur tersebut, diantaranya Hindia, Feast, Petra Sihombing, Navicula, Sukatani, dan Banda Neira.

Para musis menyatakan pembatalan penampilan mereka secara terbuka melalui media sosial. Beberapa bahkan mengembalikan honor manggung sebagai bentuk protes, seperti yang dilakukan oleh Rebellion Rose dan The Adams.

"Kami memutuskan untuk tidak jadi pentas di Pestapora 2025. Sampai jumpa di kesempatan lain," tulis Sukatani dalam unggahan Instagram.

Batalkan Sponsor  

Direktur Festival Pestapora, Kiki Ucup, akhirnya mengumumkan pemutusan kerja sama dengan PT Freeport Indonesia.

Ia menyampaikan permintaan maaf dan menegaskan bahwa tidak ada dana yang mengalir dari perusahaan tersebut ke penyelenggara.

"Kami sudah memutus kontrak kerja sama dengan PT Freeport Indonesia dan memastikan tidak ada sepeser pun aliran dana dari mereka," ujar Kiki dalam pernyataan resmi.

Dengan pembatalan sponsor tersebut, sebagian besar musisi tetap memilih mundur, dan beberapa tetap tampil dengan pendekatan berbeda.

Raisa, misalnya, menyatakan bahwa keputusannya untuk tetap manggung didasari oleh komitmen terhadap penggemar dan persiapan yang telah dilakukan.

Lalu, musisi lain, seperti Yacko dan Sal Priadi memilih menyumbangkan bayaran mereka ke organisasi lingkungan hidup sebagai bentuk solidaritas.

Mundurnya puluhan musisi dari Pestapora bukan sekadar pembatalan jadwal, melainkan pernyataan sikap terhadap transparansi sponsor dan keberpihakan pada isu lingkungan.

Festival ini menjadi cermin bahwa panggung musik kini tak hanya soal hiburan, tapi juga ruang politik dan etika.(*)

*Penulisan artikel ini melibatkan bantuan AI

 

 

 


Related Stories