Ragam
5 Rekomendasi Wanua Teater Sumatera jaga Peradaban dari Manusia Antropogenik
PALEMBANG, WongKito.co - Komunitas teater Sumatera diharapkan mampu mengambil peran dalam memaknai perjalanan peradaban Indonesia. Untuk itu, komunitas teater harus mengelola dirinya dengan baik. Baik karya maupun pemikirannya.
Sesungguhnya, masyarakat di Sumatera memiliki berbagai ilmu pengetahuan yang luhur, yang membangun hubungan harmonis manusia dengan alam juga dengan semua makhluk hidup.
Hubungan harmonis manusia dengan alam, yang melahirkan peradaban luhur masyarakat di Sumatera selama belasan abad, sebelum akhirnya mengalami kerusakan akibat kolonialisasi, yang mendorong sebagian manusia di Sumatera menjadi antropogenik.
“Beranjak dari keinginan tersebut Wanua Teater Sumatera mengeluarkan sejumlah rekomendasi yang dihasilkan dari diskusi para pelaku teater yang hadir dalam Festival Teater Sumatera (FTS) 2022. Bukan hanya sebatas membangun silahturahmi yang sudah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir,” kata T. Wijaya, dari Wanua Teater Sumatera, seusai diskusi karya FTS 2022 di Galeri Cipta, Taman Budaya Sriwijaya, Jakabaring, Palembang, Sabtu (01/10/2022) malam.
Baca Juga:
- PMI Indonesia Lampaui Raksasa Ekonomi China hingga Jepang ini Penjelasan Menteri Perindustrian
- BI Sumsel Angkat Awareness Pelaku Usaha Bersama Bangun Ketahanan Pangan, Temu Responden
- Kunjungan Turis Asing Tembus 1,73 Juta Wisatawan
T. Wijaya atau TW mengungkapkan ada lima rekomendasi yang disepakati bersama dalam diskusi pelaku teater di Sumatera tersebut:
Pertama, menjadikan teater sebagai laboratorium seni dan ilmu pengetahuan. Teater bukan hanya rumah berkumpulnya para aktor, sutradara, pelaku seni, juga para intelektual dari berbagai disiplin ilmu. Komunitas teater di Sumatera diharapkan aktif melakukan diskusi dan riset bersama para intelektual.
Kedua, para pelaku teater (komunitas) harus melahirkan aktor yang baik. Sehingga secara kualitas karya dari sejumlah komunitas teater di Sumatera meningkat dari sebelumnya. Caranya dengan melakukan berbagai pelatihan keaktoran.
Ketiga, dibutuhkan sebuah media massa khusus teater. Media ini menjadi pusat informasi, kritik dan ulasan, pustaka dan dokumentasi karya.
Keempat, mengembangkan dan melahirkan sejumlah kritikus teater, yang menjadi jembatan antara komunitas teater dengan publik. Caranya dengan melakukan pelatihan penulisan kritik teater terhadap para penulis yang memiliki pengetahuan atau minat terhadap teater.
Kelima, berbagai kegiatan festival teater di Sumatera, seperti FTS yang sudah berjalan dua tahun (2021 dan 2022), ke depannya harus melalui kurasi karya. Minimal salah satu syaratnya, karya yang disajikan pernah ditampilkan secara tunggal.
Baca Juga:
- Listrik dan BBM Paling Besar, Subsidi Energi Sudah Terserap Rp139 Triliun
- Wakili Sumsel, Faiz Bawa Pulang 2 Medali Emas Kelas Pemula di Kejuaraan Nasional Shokaido 2022
- Job Seekers Buruan Cek, Kedubes Amerika Buka 6 Lowongan Kerja Lulusan SMA juga bisa Ikut
Hadir dalam pembacaan rekomendasi tersebut, sejumlah pimpinan atau perwakilan teater di Sumatera, seperti Didin Siroj (Teater Tonggak- Jambi), Ari Pahala Hutabarat (Komunitas Berkat Yakin – Lampung), Mahatma Muhammad (Komunitas Seni Nan Tumpah), Agus Susilo (Teater Rumah Mata – Medan), Adhyra Pratama Irianto (Teater Senyawa – Curup, Bengkul), Iqbal H Saputra (Dewan Kesenian Belitung), Imas Sobariah (Teater Satu – Lampung), T.Wijaya (Teater Potlot – Palembang), Yudhy Syarofie (pekerja budaya Palembang), serta Pandu Birowo (akademisi ISI Padang Panjang).
Wanua Teater Sumatera merupakan wadah komunikasi pekerja teater di Sumatera. Wadah komunikasi ini dideklarasikan seusai Festival Teater Sumatera 2021 di Galeri Cipta Taman Budaya Sriwijaya.
Kegiatan diskusi yang digelar Wanua Teater Sumatera yang didukung Taman Budaya Sriwijaya, dilakukan setiap malam selama tiga hari kegiatan FTS 2022, 29 September-1 Oktober 2022, di Jakabaring, Palembang.
FTS 2022 diikuti 12 komunitas teater di Sumatera. Antara lain Teater Dulmuluk Harapan Jaya (Palembang) yang menampilkan “Zubaidah Siti”; Komunitas Seni Tanda Tanya (Aceh) menampilkan“Peusijuek Bumoe”; Teater Oncak (Sumatera Selatan) menampilkan “Sema”; Teater Rumah Mata (Sumatera Utara) menyajikan “Mantra Bah Tuah”; Teater Dewan Kesenian Belitung (Kepulauan Bangka Belitung) menampilkan “Puèr . . . !”; Komunitas Nan Tumpah Padang Pariaman (Sumatera Barat) menyajikan “Healing Hilang: Dari Semak Ke Belukar”.
Kemudian Teater Umak (Sumatera Selatan) menyajikan “SANG”; Teater Tonggak (Jambi) menampilkan “Lesung Luci”; Teater Senyawa (Curup, Bengkulu) menyajikan “Biro Kesehatan”; Teater Selembayung (Riau) bersama “Migran Terakhir”; Komunitas Berkat Yakin (Lampung) dengan “Anamnesis: Silaturahmi Sungai dan Awan”; serta Teater Potlot (Palembang) menampilkan “Sardundun”, karya dan sutradara Conie Sema, seorang inisiator Festival Teater Sumatera yang meninggal dunia menjelang FTS 2022, pada 8 September 2022.(ril)