Ragam
Ada Bukti Baru Keberadaan Pesawat Luar Angkasa Alien, ini Penjelasan Ilmuwan Harvard
JAKARTA - Belum lama ini, Profesor Harvard, Avi Loeb, mengeklaim bahwa dia memiliki bukti baru yang menunjukkan bahwa serpihan logam yang ditemukan dari dasar laut bisa jadi merupakan teknologi alien.
Dikutip TrenAsia.com dari Futurism, sebagai pemburu UFO yang terkenal, Loeb menegaskan bahwa temuannya kali ini melibatkan fragmen meteor yang pulih dari dasar laut dan kemungkinan berasal dari teknologi alien, seperti dilaporkan oleh Boston Public Radio.
Loeb mempertahankan temuannya meskipun ada pihak yang menganggap asal-usulnya lebih biasa. “Ini menimbulkan kemungkinan bahwa ini mungkin menjadi meteor seperti Voyager, yang dibuat secara buatan oleh peradaban lain,” ujar Loeb kepada stasiun radio pada hari Senin, merujuk pada sepasang wahana penjelajah yang dilepas ke luar tata surya oleh NASA pada tahun 1970-an.
Baca Juga:
- Simak Ini 12 Alasan Klaim Asuransi Mobil Bisa Ditolak
- Intip Yuk 5 Jurus Jitu Tolak Teman yang Suka Pinjam Uang
- Cek Fakta: Klaim Jutaan Massa Hadiri Kampanye Akbar 01 dan 02 di Jakarta
Loeb, mungkin lebih dikenal karena teori kontroversialnya tentang objek antarbintang yang menyebut Oumuamua yang melintasi tata surya kita pada tahun 2017. Temuan terbarunya berkaitan dengan keanehan antarbintang lain yang berbeda dengan Oumuamua dan berhasil sampai ke Bumi meskipun tidak dalam keadaan utuh.
Disebut IM1, meteor ini jatuh ke Samudra Pasifik dekat Papua Nugini hampir satu dekade yang lalu, namun terlupakan hingga Loeb memimpin upaya yang memastikan pada tahun 2022 bahwa ini adalah objek antarbintang pertama yang diketahui jatuh ke Bumi.
Dengan penuh semangat, ahli astrofisika ini meluncurkan ekspedisi untuk menyisir dasar laut mencari objek tersebut tahun lalu dan menemukannya, Menurutnya, sisa-sisa berupa fragmen logam berbentuk bola, atau "spherules," pada temuan tersebut bisa menunjukkan bahwa IM1 mungkin merupakan bentuk teknologi alien.
Temuan tersebut, didokumentasikan dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada bulan Oktober, disambut dengan skeptisisme. Beberapa ilmuwan membantah bahwa spherules itu adalah hasil dari uji coba nuklir manusia, atau bahkan hanya abu batubara.
Tidak mudah menyerah, Loeb mengatakan kepada Boston Public Radio bahwa dia telah merilis temuan baru untuk membungkam para skeptis, menyimpulkan dalam makalah pra-cetakannya bahwa "komposisi kimia beberapa spherule berbeda dari bahan tata surya yang dikenal."
"Apa yang kami lakukan adalah membandingkan 55 unsur dari tabel periodik dalam abu batu bara dengan spherules khusus yang kami temukan," ujarnya kepada stasiun radio. "Dan itu jelas sangat berbeda."
Loeb juga tampaknya memberikan pesan kepada para kritikus. "Ini bukan berdasarkan pendapat," tambahnya. "Dan, tentu saja, jika Anda tidak bagian dari proses ilmiah ini dan Anda iri dengan perhatian yang diberikannya, maka Anda dapat mengajukan banyak kritik."
Baca Juga:
- Warga minta Normalisasi Anak Sungai Hingga Pembangunan Kantor Lurah saat Reses Tahap I Anggota DPRD Sumsel Dapil X Banyuasin
- Anggota DPRD Sumsel Berharap Wisatawan Tertarik Berkunjung ke Palembang, Reses Tahap I Dapil I Kota Palembang
- Debat Capres: Anies Sebut Puluhan Ribu Guru Honorer Belum jadi PPPK, ini Faktanya
Pencariannya yang hampir tanpa henti untuk bukti kehidupan alien tidak akan berakhir di sana. Setelah ekspedisi yang menguntungkan dan didokumentasikan oleh Netflix, serta tahun di mana kehebohan publik tentang UFO mencapai puncaknya, Loeb bersiap untuk perjalanan kembali ke Pasifik, berharap menemukan fragmen yang lebih besar.
Namun, meskipun terkenal karena menyisir dasar laut, Loeb percaya bahwa peluang terbaik kita untuk menemukan mahluk luar angkasa tetap berada di langit. "Pendekatan terbaik untuk memahaminya sebenarnya adalah melakukan pekerjaan ilmiah untuk membangun observatorium yang melihat dan memeriksa apa yang sebenarnya dari objek-objek ini," ujarnya kepada Boston Public Radio.
“Dan jika mereka kebetulan burung, atau pesawat, atau balon-balon China, begitu pula adanya,” kata dia. "Tetapi kita perlu mencari tahu, ini adalah kewajiban sipil kita sebagai ilmuwan," pungkasnya.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 11 Feb 2024