KabarKito
Ada Perusakan Pemakaman Pangeran Kramajaya, Ini Langkah Disbud Palembang
PALEMBANG, WongKito.co - Menindaklanjuti adanya perusakan komplek pemakaman Pangeran Kramajaya akhir Desember lalu, Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Palembang menggelar rapat koordinasi bersama pihak terkait, Kamis (25/1).
Rapat dibagi dua sesi, rapat pagi menghadirkan zuriat (keluarga) Pangeran Kramajaya dipimpin Raden Iskandar Sulaiman. Lalu, sesi siang dihadiri pihak yang mengklaim tanah Pangeran Kramajaya yaitu Asit Chandra diwakili pengacara dan Latief.
Turut hadir dalam rapat tersebut diantaranya Perwakilan Ditjen Kemendikbud RI, Balai Pelestarian Kebudayaan VI Sumatera Selatan, Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Palembang, Brin Sumsel, kepolisian, hingga BPN Kota Palembang.
Diketahui, hampir seluruh nisan di area komplek Pemakaman Pangeran Kramajaya yang terletak di Jalan Segaran Kelurahan 15 Ilir dipatahkan dan dihancurkan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Belakangan, lahan seluasnya 500 meter persegi itu ditutup dengan seng.
“Kami menggali data-data terkait dengan pemakaman Pangeran Kramajaya, baik dari sisi zuriat dan pembeli lahan. Selanjutnya, kami dorong percepatan dokumen agar segera diverifikasi,” katanya.
Dalam pertemuan, lanjutnya, para pihak yang hadir mengecam perusakan terhadap pemakaman. Disbud berharap kedua belah pihak menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan atau merusak objek diduga cagar budaya tersebut.
Perwakilan zuriat Pangeran Kramajaya, Iskandar mengatakan, seluruh permasalahan soal makam Pengeran Kramajaya sudah jelas, terutama dari pihak BPN. Dia menegaskan akan tetap berjuang untuk sengketa ini.
Terkait pemasangan pagar seng, Iskandar mengaku sakit hati. Ia akan menunggu langkah Disbud Palembang menyikapi hal tersebut.
Mengenai pemindahan Makam Pangeran Kramajaya dari Probolinggo ke Palembang, menurutnya itu kebenaran sejarah. Selanjutnya makam tidak akan dipindahkan lagi. “Saya tidak pernah mundur,” ujar keturunan kelima Pangeran Kramajaya ini.
Sementara itu, kuasa hukum Asit Chandra, Erawan mengatakan, pertemuan itu masih membahas dokumen masing-masing dari para pihak.“ Belum putus hari ini,” katanya.
Dia menjelaskan, kliennya membeli lahan tersebut tahun 2009 dibuat SHM dan balik nama tahun 2010. Soal lahan yang dibeli adalah komplek pemakaman Pangeran Kramajaya, Erawan mengaku tidak mengetahui.
Perusakan komplek pemakaman Pangeran Kramajaya bukan kali ini saja. Sebelumnya, pernah ditimbun oleh oknum yang tidak bertanggung jawab tahun 2010. Lalu, pada tahun 2018, zuriat berinisiatif melakukan penggalian dan ditemukan sekitar 20 makam.
Mengenal Pangeran Kramajaya
Dalam catatan sejarah, Pangeran Kramajaya merupakan penguasa terakhir di era Kesultanan Palembang Darussalam. Nama lengkapnya ialah Raden Abdul Azim Nato Dirajo, bergelar Pangeran Kramojayo Perdana Menteri.
Ayahnya bernama Pangeran Nato Dirajo Muhammad Hanafiah bin Pangeran Wira Manggala Muhammad Qosim bin Pangeran Nato Dirajo Lumbuk bin Pangeran Ratu Purbaya bin Sultan Muhammad Mansur bin Suhunan Abdurrahman Candi Walang. Sedangkan ibunya adalah R.A. Nato Dirajo Manisah binti Sultan Suhunan Ahmad Najamuddin.
Ia dilahirkan di Palembang, hari Kamis bulan Ramadhan 1207 H atau 1792 M, pukul 10 pagi. R.Abdul Azim bungsu dari 7 bersaudara kandung, mereka ialah: R.Hasyim, R.A.Sobihah, RM. Bahauddin, RM. Rasyid, RA. Adipati Sarihah, Pangeran Haji Krama Nandita Abdul Aziz, dan Pangeran Krama Jaya Abdul Azim.
Selain mendapatkan pendidikan utama dari ayahnya sendiri, ia juga mendapat didikan di lingkungan kraton, belajar kepada para ulama besar Palembang waktu itu, menuntut ilmu-ilmu agama, ilmu siasah, ilmu perang, pencak silat dan lain-lain. Ia juga mengamalkan Tarekat Sammaniyah dan Tarekat Rifa’iyah.
Selaku priayi dan bangsawan Palembang, Kramajaya pernah menduduki jabatan penting di Kesultanan Palembang Darusallam, diantaranya Komandan Buluwarti Timur di BKB dalam perang Menteng (1819), Komandan Benteng Tambakbaya di Muara Sungai Komering Plaju dengan senjata pusaka Meriam Sri Palembang, Panglima Perang Kesultanan Palembang, Duta utusan SMB ll, Perdana Menteri Kesultanan Palembang (1823-1825), Regent Rijksbestuurder/pepatih (1825-1851).
Pangeran Kramajaya menikah dengan putri Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) ll yang bernama R.A. Kramo Jayo Khotimah. Dari pernikahan ini dikaruniai 7 putra-putri. Sedang dari isterinya yang lain, ia memperoleh sekitar 18 orang anak lagi.
Pada tanggal 29 Syawal 1267H atau bulan Agustus 1851, malam Rabu, Pangeran Kramajaya ditangkap karena tetap menentang kepada kolonial Belanda. Beliau diasingkan ke Purbolinggo-Banyumas (Jatim) dengan menumpang kapal asap waktu itu.
Lalu, 10 tahun kemudian, tepatnya 5 Mei 1862 ia wafat dalam usia 70 tahun. Kemudian jenazahnya dipindahkan ke Palembang, di kampung 15 Ilir, di Jalan Segaran, Lr Kambing, Kelurahan 15 Ilir, IT I, Palembang. (ril)