Analis Bilang Reli Belum Usai, Emas Ambil Napas di Dekat Rekor Tertinggi

Ilustrasi emas batangan. (mmtcpamp)

JAKARTA – Harga emas sedikit 'mengambil napas' pada perdagangan hari ini, Selasa, 23 September 2025, setelah kemarin berhasil mencetak rekor penutupan tertinggi barunya di level US$3.747 per troy ounce. Pelemahan tipis ini dinilai sebagai koreksi teknikal yang sehat di tengah tren bullish yang masih sangat kuat.

'Bensin' utama di balik reli gila-gilaan ini datang dari dua sumber: pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, The Fed, dan memanasnya kembali tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Kombinasi inilah yang membuat investor global terus memburu emas sebagai aset aman.

Kini, semua mata tertuju pada pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, yang akan menjadi penentu arah harga emas selanjutnya. Lantas, seberapa besar lagi potensi kenaikannya dan apa saja yang perlu diwaspadai? Mari kita bedah tuntas.

 

1. Berkah dari Suku Bunga Rendah

Katalis paling kuat yang mendorong reli emas adalah keputusan The Fed pekan lalu untuk memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps). Langkah ini diambil di tengah tanda-tanda pelemahan ekonomi AS, yang sontak membuat dolar AS kurang menarik.

Suku bunga yang lebih rendah secara langsung menurunkan biaya peluang untuk memegang emas, aset yang tidak memberikan imbal hasil. Hal inilah yang mendorong permintaan emas dari para investor meningkat tajam, memicu kenaikan harga yang signifikan.

 

2. Tensi Geopolitik yang Kembali Memanas

'Bensin' kedua datang dari memanasnya kembali tensi geopolitik. Reuters melaporkan bahwa pasukan Rusia baru saja berhasil menguasai pemukiman Kalynivske di Ukraina. Perkembangan ini kembali memicu kekhawatiran global dan mendorong investor untuk beralih ke aset aman.

Analis Senior Kitco Metals, Jim Wyckoff, menilai aliran permintaan safe haven akan terus berlanjut di tengah kombinasi dua sentimen ini. ”Ini berpotensi mendorong harga emas lebih tinggi,” jelasnya, mengonfirmasi bahwa sentimen pasar masih sangat bullish.

3. Sinyal Super Dovish dari Internal The Fed

Optimisme pasar semakin diperkuat oleh sinyal 'super dovish' yang datang dari internal The Fed sendiri. Salah satu Gubernur The Fed, Stephen Miran, secara terbuka menolak pemangkasan yang hanya 25 bps dan justru mendukung pemangkasan yang lebih dalam hingga 50 bps.

Pernyataan ini sontak memicu harapan bahwa The Fed akan terus melonggarkan kebijakan moneternya hingga akhir tahun. Ekspektasi inilah yang menjadi fondasi kuat yang menopang harga emas di level rekornya saat ini.

4.  Potensi Lanjut Naik, Tapi Waspada Koreksi

Dari sisi teknikal, analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, melihat tren bullish harga emas masih sangat kuat. Menurutnya, kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average mengonfirmasi hal ini.

“Jika tekanan bullish berlanjut, emas berpotensi naik hingga ke US$3.775 dalam jangka pendek,” jelas Andy dalam risetnya, Selasa, 23 September 2025.

Namun, ia juga mengingatkan investor untuk tetap waspada terhadap potensi koreksi teknikal. Jika harga gagal mempertahankan kenaikannya, level US$3.712 akan menjadi area penurunan terdekat yang harus dicermati.

5. Momen Krusial: Menanti Pidato Jerome Powell

Malam ini akan menjadi momen yang sangat krusial bagi pasar. Para pelaku pasar akan menunggu pernyataan penting dari Ketua The Fed, Jerome Powell. Setiap kata yang ia ucapkan akan sangat memengaruhi pergerakan harga emas dan dolar AS.

Jika komentarnya bernuansa hawkish atau ketat, ini berpotensi mengangkat dolar AS dan menekan harga emas. Sebaliknya, jika sinyal yang diberikan tetap dovish atau longgar, ini akan menjadi 'bensin' baru yang siap mendorong reli emas lebih tinggi lagi.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Alvin Bagaskara pada 23 Sep 2025 

Bagikan

Related Stories