Ragam
Analis Ingatkan Investor Waspada, Yield Obligasi Indonesia Diprediksi Naik
JAKARTA – Pasar keuangan Indonesia 'menghukum' keputusan reshuffle kabinet oleh Presiden Prabowo Subianto. Lengsernya Sri Mulyani Indrawati dari kursi Menteri Keuangan sontak memicu gelombang aksi jual, membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Rupiah kompak 'longsor'.
Kini, tekanan baru membayangi pasar obligasi. Para analis memperkirakan imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) akan merangkak naik, seiring meningkatnya persepsi risiko di mata para investor global.
Di tengah gejolak ini, Bank Indonesia berjanji akan melakukan stabilisasi. Lantas, seberapa besar potensi guncangan di pasar obligasi dan apa artinya ini bagi para investor? Mari kita bedah tuntas.
Baca juga:
- Promo Savetember BATIQA Hotel Palembang, Staycation Seru dan Hemat di Bulan September
- Intip Yuk Spesifikasi iPhone 17 yang Diluncurkan Hari Ini
- Pestapora 2025: Ketika Musisi Semakin Sadar Isu Lingkungan
1. Vonis Pasar: Kehilangan Sosok Kredibel
Menurut Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, reaksi negatif pasar ini sangat wajar. Sosok Sri Mulyani selama ini dipandang sebagai figur penting yang kredibel dalam menjaga kesehatan dan transparansi fiskal Indonesia.
Kepergiannya sontak menimbulkan ketidakpastian. Investor kini menuntut komitmen nyata dari pemerintah baru mengenai keberlanjutan disiplin fiskal, terutama di saat Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa diberi amanah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
"Kami melihat potensi tekanan terhadap rupiah dan Surat Berharga Negara dalam beberapa hari ke depan masih akan tinggi," tulis Rully dalam risetnya, Selasa, 9 September 2025.
2. Alarm dari Indikator Risiko
Sinyal kekhawatiran investor ini tercermin jelas pada indikator risiko. Credit Default Swap (CDS) 5 tahun Indonesia, yang merupakan tolok ukur risiko gagal bayar, tercatat naik dari 67,72 menjadi 72,52 basis poin.
Kenaikan ini sejalan dengan pergerakan imbal hasil SBN tenor 10 tahun yang juga ikut merangkak naik dari 6,39% menjadi 6,45%. Ini adalah sinyal bahwa investor kini meminta 'bayaran' atau imbal hasil yang lebih tinggi untuk mau memegang aset Indonesia.
"Kami memperkirakan imbal hasil SBN berpotensi untuk naik dengan adanya reshuffle kabinet kemarin. Dengan adanya peningkatan persepsi risiko, investor akan meminta imbal hasil yang lebih tinggi," katanya.
3. Ujian Sesungguhnya: Lelang Obligasi Hari Ini
Ujian sesungguhnya bagi kepercayaan pasar akan terjadi hari ini, Selasa, 9 September 2025. Kementerian Keuangan dijadwalkan akan melaksanakan lelang Surat Utang Negara (SUN) dengan target indikatif sebesar Rp27 triliun.
Hasil dari lelang inilah yang akan menjadi cerminan nyata dari sentimen investor pasca-reshuffle. Jika permintaan lelang tetap kuat, ini menandakan kepercayaan pasar masih terjaga. Namun, jika permintaan lesu, ini bisa menjadi sinyal berlanjutnya tekanan di pasar obligasi.
4. Apa Artinya Ini Bagi Investor?
Bagi investor, terutama di instrumen pendapatan tetap, periode ini adalah saat untuk waspada. Potensi kenaikan yield obligasi berarti adanya risiko penurunan harga pada portofolio obligasi yang sudah dimiliki.
Di sisi lain, kenaikan yield ini juga bisa menjadi peluang. Bagi investor yang belum masuk, ini adalah kesempatan untuk bisa membeli SBN di harga yang lebih murah dengan potensi imbal hasil yang lebih tinggi, jika Anda yakin bahwa gejolak ini hanya bersifat sementara.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Alvin Bagaskara pada 09 Sep 2025