Ragam
Awas Hati-Hati Doomscrolling Bisa Merusak Mental
JAKARTA, Wongkito.co - Orang-orang biasanya di waktu senggangnya di sela-sela istirahat membuka handphone dan melihat media sosial.
Dari melihat media sosial itulah kita sering scrolling medsos untuk melihat apa yang menarik, terkadang melihat hal yang lucu, sedih bahkan kejadian-kejadian di masyarakat. Tanpa kita sadari scroolling yang kita lakukan itu terbaca oleh algoritma.
Algoritma yang membaca dan menampilkan terus menerus, membuat kita tanpa sadar susah berhenti mensrolling.
Baca juga
- Sukses Tingkatkan Perekonomian Petani Desa Pagar Dewa, PGN Subholding Gas Pertamina Raih Padmamitra Award 2022
- Simak 5 Rekomendasi Aplikasi untuk Jual Barang Bekas
- DPR Sudah Terima Nama Calon Komisioner OJK
Dilansir oleh TrenAsia.com jaringan media wongkito.co dari laman website resmi Health Central pada sabtu, 8 Juli 2023, doomscrolling atau disebut juga doomsurfing adalah fenomena di mana Anda terus-menerus menggulir atau menjelajahi media sosial dan situs berita lainnya untuk mengikuti berita terbaru, bahkan jika beritanya buruk.
Istilah ini pertama kali mulai digunakan di Twitter pada tahun 2018 namun semakin populer digunakan ketika dimulainya pandemi COVID-19 pada bulan Maret dan April 2020. Di tahun itu, orang-orang yang dikarantina di rumah selama pandemi mencoba mencari informasi tentang keadaan di luar melalui perangkat digital. Oxford English Dictionary bahkan menjadikan istilah itu sebagai salah satu "Kata Tahun Ini" pada tahun 2020.
Stephanie J. Wong, Ph.D., psikolog klinis berlisensi yang berbasis di San Mateo, CA mengatakan “Doomscrolling bisa menjadi kebiasaan yang berbahaya, dan merusak kesehatan mental dan bahkan fisik Anda. Mengonsumsi lebih banyak informasi, terutama informasi negatif, dapat memperkuat kecemasan dan depresi tersebut dalam lingkaran setan.
Doomscrolling juga dapat memperburuk gejala kesehatan mental yang sudah ada atau berkembang, kata Wong. Bahkan bagi orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki kondisi kesehatan mental yang mendasarinya, terus-menerus mengonsumsi berita buruk dapat menyebabkan bencana, atau berfokus pada aspek negatif dunia di sekitar Anda sedemikian rupa sehingga semakin sulit untuk melihat sesuatu yang positif.
Efek kesehatan mental ini kemudian dapat menjadi bola salju dan menyebabkan masalah fisik. Saat Anda mengalami stres, entah itu stres tingkat rendah akibat doomscrolling atau kejadian yang tiba-tiba, tubuh Anda bekerja terlalu keras dan melepaskan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol .
Respons evolusioner tubuh ini, yang disebut melawan atau lari. Respons ini pada awalnya membantu manusia lari dengan cepat dari pemangsa, dan masih berguna saat ini saat menghadapi situasi berbahaya.
Namun, melepaskan terlalu banyak adrenalin dan kortisol dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kelelahan dan efek lain yang lebih buruk. Aktivasi jangka panjang dari respons melawan atau lari ini telah dikaitkan dengan masalah pencernaan, sakit kepala, penyakit jantung , penambahan berat badan, kecemasan, efek samping seksual, tekanan darah tinggi , serta banyak masalah kesehatan lainnya.
Dilansir dari laman website Very Well Mind pada Jum'at, 7 Juli 2023 seorang psikoterapis dan pelatih Tess Brigham, MFT, mengatakan “doomscrolling buruk untuk kesehatan mental Anda karena tidak ada manfaat nyata dari doomscrolling,” jelasnya. “Itu hanya membuat Anda lebih cemas dan paranoid tentang dunia di sekitar Anda.”
Brigham juga mengatakan bahwa doomscrolling merampas Anda dari hidup di saat ini , karena ini adalah aktivitas "tanpa pikiran". Doomscrolling mencegah Anda memperhatikan pikiran dan perasaan Anda, yang juga merugikan kesehatan mental. Dan, Anda bahkan mungkin tidak sepenuhnya menyadari seberapa besar pengaruhnya terhadap Anda.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 07 Jul 2023