Bank Indonesia Diprediksi Naikkan Suku Bunga pada Semester II-2022 jadi 4,25%

Kantor pusat Bank Indonesia (ist)

JAKARTA - Menyusul kebijakan bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve System (The Fed).  Bank Indonesia (BI) diprediksi akan menaikkan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada semester II-2022.

The Fed baru saja mengumumkan keputusan untuk menaikkan suku bunga atau Fed Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin untuk menghambat lonjakan inflasi.

Menurut Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman, langkah yang diambil oleh The Fed untuk menekan inflasi merupakan sesuatu yang sudah diperkirakan. Kemudian, ia memprediksi suku bunga acuan BI baru akan dinaikkan pada semester II-2022.

“Kami tetap melihat Bl tidak akan terburu-buru menaikkan BI7DRR," kata Faisal dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 6 Mei 2022.

Baca Juga:

Harga komoditas yang mengalami lonjakan karena konflik Rusia-Ukraina telah mendorong ekspor Indonesia dan memberikan surplus perdagangan yang cukup besar.

Hal itu pun dinilai Faisal dapat mendukung kondisi neraca dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sehingga memungkinkan suku bunga acuan BI untuk bertahan di level 3,5% selama beberapa waktu.

Faisal memperkirakan BI akan menjaga stabilitas dengan meningkatkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) dan mengurangi pelonggaran kuantitatif terlebih dahulu sebelum melakukan penyesuaian BI7DRR dengan kebijakan The Fed.

Ia juga mengatakan, peningkatan suku bunga acuan sangat bergantung kepada inflasi domestik yang diperkirakan akan meningkat secara fundamental dan substansial pada semester II-2022.

Menurut prediksi Faisal, BI akan menaikkan suku bunga acuan dengan total 75 basis poin menjadi 4,25% pada 2022.

Baca Juga:

Sebagai informasi, pada Kamis, 5 Mei 2022, The Fed akhirnya mengumumkan kenaikan suku bunga 50 basis poin setelah rapat Federal Open Market Committee (FOMC).

Dengan adanya kebijakan tersebut, kisaran target untuk suku bunga dana federal mencapai 0,75% hingga 1% dibanding kisaran sebelumnya di 0,25% hingga 0,5%.

Kenaikan suku bunga ini merupakan langkah The Fed yang paling agresif dalam kurun waktu dua dekade terakhir. The Fed mengambil langkah ini secara terpaksa demi menekan inflasi di Amerika Serikat.

"Inflasi sudah terlalu tinggi. Kami memahami dampak yang ditimbulkan, dan kami bergerak secepat mungkin untuk membuatnya turun lagi," ujar Gubernur The Fed Jerome Powell dikutip dari keterangan resmi, Jumat, 6 Mei 2022. 

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 07 May 2022 

Bagikan

Related Stories