BCA Tetap Berjaya di Tengah Pandemi COVID-19

Ilustrasi transaksi di ATM BCA

JAKARTA, WongKito.co – Meskipun PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melaporkan penurunan laba bersih sebesar 5% year on year (yoy) tetapi tetap perkasa dengan meraup laba Rp27,1 triliun sepanjang tahun pandemi COVID-19 2020.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan terkoreksinya laba bersih disebabkan oleh biaya pencadangan yang lebih tinggi untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas aset.

“Meski menghadapi sejumlah tantangan, BCA dan entitas anak mampu mencatatkan pertumbuhan laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) hingga 11,2 persen yoy menjadi Rp45,4 triliun,” kata Jahja dalam paparan kinerja secara virtual, melansir TrenAsia.com, Senin (8/2/2021).

Hal ini ditopang oleh peningkatan likuiditas, biaya dana yang lebih rendah, dan perlambatan belanja operasional.

Dari segi penyaluran kredit, rata-rata pertumbuhannya sebesar 4,7% yoy, sedangkan total fasilitas kredit untuk bisnis meningkat 5% yoy.

Akan tetapi, karena adanya pelemahan aktivitas bisnis, maka fasilitas tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Sehingga, per akhir Desember 2020 total kredit BCA turun 2,1% yoy menjadi Rp575,6 triliun.

Dengan demikian, secara konsolidasi total kredit tercatat sebesar Rp588,7 triliun, atau melemah 2,5% yoy.

Dari sisi pembiayaan, kredit korporasi meningkat hingga 7,7% yoy menjadi Rp255,1 triliun. Sementara itu, kredit komersial dan UKM menurun 7,9% yoy menjadi Rp186,8 triliun.

Dari sisi pendanaan, BCA berhasil mencatatkan kinerja dana pihak ketiga yang sehat. Dana murah atau current account and savings account (CASA) tumbuh 21% yoy mencapai Rp643,9 triliun. Sementara itu, deposito berjangka meningkat sebesar 14% yoy menjadi Rp196,9 triliun.

Secara total, dana pihak ketiga (DPK) naik 19,3% Yoy menjadi Rp840,8 triliun di tahun 2020.

Adapun, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) terjaga pada tingkat yang bisa ditoleransi sebesar 1,8%, dibandingkan dengan 2019 yang sebesar 1,3%. Ini didukung oleh relaksasi kebijakan restrukturisasi.

“Normalisasi restrukturisasi kredit akan menjadi fokus BCA pada tahun 2021,” tambahnya.

Hingga akhir Desember 2020, BCA membukukan restrukturisasi kredit sebesar Rp104,2 triliun atau sekitar 18% dari total kredit, yang berasal dari sekitar 100.000 nasabah.

Sebagai informasi, BCA merupakan bank milik konglomerat paling kaya di Indonesia, Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono. Dua kakak beradik dari Keluarga Hartono ini merupakan orang paling tajir versi majalah Forbes 2020 dengan kekayaan RpUS$38,8 triliun atau Rp538,24 triliun.

Pada penutupan perdagangan Senin, 8 Februari 2021, saham BCA ditutup naik 0,07% sebesar 25 poin ke level Rp34.600 per lembar. Kapitalisasi pasar BBCA mencapai Rp853,06 triliun, tertinggi di antara emiten-emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI). (SKO)

Bagikan

Related Stories