Bijak Menggunakan Plastik, Ini Rekomendasi Zero Waste Consortium

Sehubungan dengan potensi toxic atas pemanfaatan plastik kemasan pangan, direkomendasikan kepada para pihak agar bijak memperlakukan plastik sehingga tidak menjadi bencana kesehatan dan lingkungan hidup. (istimewa/zerowaste)

JAKARTA, WongKito.co - Zero Waste Consortium merekomendasikan kepada semua pihak agar bijak menggunakan plastik, sehingga tidak menjadi bencana kesehatan dan lingkungan hidup.

Hal ini berdasarkan riset lingkungan yang menunjukkan bahwa plastik mengandung potensial toxic, selain menjadi sampah yang mengganggu estetika, kesehatan, dan kelestarian lingkungan hidup.

Ketua Zero Waste Consortium, Ahmad Safrudin menyatakan, para pengambil kebijakan negara hendaknya mampu mengawal agar produksi plastik mengikuti prinsip kehati-hatian. Pemerintah perlu mengatur lebih detail langkah monitoring dan law enforcement atas pemanfatan plastik-plastik yang memiliki unsur berbahaya bagi kesehatan.

Selain itu, para pihak tidak memasarkan dan atau menggunakan plastik yang mengandung toxic. Para industriawan juga harus menjamin bahwa plastik yang diperdagangkan, termasuk dalam konteks penggunaan plastik sebagai kemasan pangan, tidak berisiko toxic serta memberikan informasi yang memadai terkait perlakuan seharusnya oleh konsumen atas plastik kemasan pangan tersebut.

“Saatnya ditetapkan kebijakan fiskal sebagai mekanisme insentif/disinsentif atas pemanfaatan plastik. Industri dapat melakukan trading swaps atas sampah plastik kepada industri daur ulang yang melakukan recycle, reuse, dan inovasi teknologi dalam industri daur ulang. Ini bisa menjadi alternatif solusi tanggungjawab industri dalam mengelola sampahnya,” jelas Safrudin dalam keterangan tertulis.

Agar terbebas dari kepentingan industri global, tambahnya, maka Indonesia perlu membuat cara pengelolaan sampah yang digali dari nilai-nilai budaya nusantara. Seperti gotong royong, sistem sedekah sampah, budaya menggunakan tas belanja yang dipakai berulang, dan lainnya.

Pihaknya juga menyarankan agar Pemerintah melalui BPOM bekerjasama dengan perguruan tinggi dan Organisasi Masyarakat Sipil (LSM) melakukan penelitian terkait plastik yang berpotensi membuat masyarakat terpapar B3.

“Pemerintah, Organisasi Masyarakat Sipil, dan terutama produsen plastik serta perusahaan-perusahaan pemanfaat plastik wajib melakukan edukasi dan penyampaian informasi yang benar kepada masyarakat,” tegas dia.

Indonesian Solid Waste Association juga mengajak semua pihak untuk mengetahui cara pakai dan cara buang atas pemanfaatan plastik. Sehingga tidak berdampak pada kesehatan sekaligus tidak merusak lingkungan.

“Kedekatan kita pada plastik menuntut langkah bijak kita untuk memperlakukan plastik sesuai dengan kharakteristiknya, agar kita bisa meminimalkan risiko dari potensi toxic atas penggunaan plastik tersebut,” ujar Amalia S Bendang, relawan Indonesian Solid Waste Association.

“Akibat kontaminasi bahan berbahaya pada plastik, bisa berdampak akut pada kesehatan, seperti sakit kepala, diare, gangguan kulit, iritasi kerongkongan, atau iritasi mata. Bisa juga berdampak kronis seperti sakit kanker, disfungsi hati, thyroid, gangguan reproduksi, infertility, perubahan hormone, penurunan jumlah dan kualitas sperma, radang paru-paru, diabetes, stroke, cardio vascular, hingga kerusakan/mutasi gen,” ulas Budi Hartono dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. (tri)

 

Bagikan

Related Stories