Bitcoin Sentuh Level US$36 Ribu, Mayoritas Aset Kripto Anjlok

Ilustrasi pasar kripto bearish / Pixabay

JAKARTA – Mayoritas aset kripto mengalami anjlok dalam pantauan Coin Market Cap, Selasa, 22 Februari 2022 pukul 10.20 WIB. Bitcoin (BTC) yang merupakan aset dengan kapitalisasi pasar terbesar pun telah menyentuh level US$36.621 atau setara dengan Rp524,7 juta dalam asumsi kurs Rp14.329 perdollar AS. 

BTC tercatat mengalami penurunan sebesar 6,51% dalam 24 jam terakhir dan 15,97% dalam hitungan mingguan. Kapitalisasi pasar pun menurun sebesar 6,41% dan saat ini berada di level US$694,8 miliar atau Rp9.955 triliun. 

Ethereum (ETH) yang berada di peringkat kedua juga mengalami penurunan dengan persentase yang perbedaannya cukup tipis dengan BTC. ETH mengalami penurunan 7% dalam sehari ke belakang dan 16,29% dalam seminggu terakhir. Kini, ETH berada di level US$2.533 (Rp36,2 juta) dan kapitalisasi pasarnya pun menurun 6,88% ke level US$303 miliar (Rp4.341 miliar). 

Baca Juga :

Di daftar 10 aset kripto terbesar, hanya stablecoin Tether (USDT) dan USD Coin (USDC) yang masih berada di zona hijau dengan persentase masing-masing 0,01% dan 0,07%. 

Avalanche (AVAX) yang sebelumnya menduduki posisi ke-10, merosot ke peringkat 12 dan terpantau mengalami penukikan nilai sebesar 15,43% dalam 24 jam terakhir dan saat ini berada di harga US$67,8 (Rp971 ribu). Posisi AVAX saat ini digantikan oleh Binance USD (BUSD). 

Di antara jajaran aset big cap, penurunan yang paling besar dialami oleh Cardano (ADA) dengan persentase 14,16%. Dalam sepekan terakhir, ADA mengalami kemerosotan sebesar 23,57% dan kini menduduki harga US$0,8264 (Rp12.357). 

Sementara itu, Binance Coin (BNB) tercatat mengalami penurunan sebesar 9,53%, XRP 13,73%, Solana (SOL) 13,51%, dan Terra (LUNA) 3,54%. 

Menurut trader Tokocrypto Afid Sugiono, ketegangan yang terjadi antara Rusia-Ukraina bisa membuat BTC berada di periode yang cukup sulit dalam rentang waktu 21-27 Februari 2022. 

“Apabila konflik ini masih tarik-ulur atau bahkan pecah dan terjadi perang, maka akan berdampak buruk. Bisa saja market memasuki crypto winter,” ujar Afid sebagaimana dikutip dari keterangan resmi Tokocrypto, Selasa, 22 Februari 2022. 

Crypto winter adalah kondisi ketika nilai mata uang kripto mengalami penurunan drastis dan melemah dalam jangka waktu yang cukup lama. Crypto winter pernah terjadi pada tahun 2018 dan saat itu seluruh harga aset anjlok hingga kurang-lebih dua tahun. 

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 22 Feb 2022 

Bagikan
Redaksi Wongkito

Redaksi Wongkito

Lihat semua artikel

Related Stories