Ragam
BRI Kembali Bakal Buyback Saham hingga Rp1,5 Triliun
JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) kembali melakukan pembelian kembali saham (buyback) hingga Rp1,5 triliun.
Dalam keterbukaan informasi tertanggal 2 Februari 2023, manajemen menjelaskan aksi korporasi tersebut bisa dilakukan secara bertahap maupun sekaligus, yang akan diselesaikan paling lambat 18 bulan setelah tanggal RUPST tahun 2023.
Pengumuman aksi korporasi berupa buyback saham ini dilakukan setelah BRI menyelesaikan proses buyback senilai Rp3 triliun pada akhir Januari 2023.
Baca juga :
- Simak 6 Tips Berikut Perlu Dipertimbangkan Jika Mau Kerja di Luar Negeri
- Intip Yuk 5 Film dan Series Terbaru Netflix di Bulan Februari 2023
- Buruan yang Minat, iPhone Generasi Pertama Bakal Dilelang Rp781 Juta
BRI mengakhiri periode buyback lebih awal menjadi 26 Januari 2023. Perseroan telah menyelesaikan buyback sebanyak 647.385.900 lembar saham dengan jumlah nilai sebesar Rp2,9 triliun (tidak termasuk biaya komisi perantara perdagangan efek dan biaya lainnya).
Saham hasil Buyback ini akan digunakan untuk pemberian reward dan insetif kepada pekerja maupun manajemen, sehingga lebih memacu sustainability kinerja Perseroan dalam jangka panjang.
Hingga akhir Kuartal III-2022 BRI Group mampu mencetak laba Rp.39,31 triliun atau tumbuh 106,14% year on year (yoy) dengan total aset meningkat 4% yoy menjadi Rp1,68 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan tujuan utama buyback diberikan kepada karyawan adalah untuk meningkatkan engagement karyawan.
"Karena dari sisi biaya untuk membeli (buyback) itu ada, kemudian dari sisi kebutuhan untuk mensejahterakan karyawan dengan memberikan saham ada, maka matching lah kira-kira. Duitnya ada, kebutuhannya juga ada, oleh karenanya kita lakukan," jelas Sunarso dikutip Minggu, 5 Februari 2023.
Dari sisi permodalan, BRI mencatatkan permodalan yang kuat, tercermin dari CAR BRI konsolidasian sebesar 26,14%. Lalu likuiditas juga tercatat memadai, dicerminkan dari LDR bank konsolidasian 88,51% dan yang terakhir quality of growth dengan rasio kredit macet atau nonperforming loan (NPL) 3,09% dan loan at risk (LAR) sebesar 19,28%.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Yosi Winosa pada 05 Feb 2023