Ragam
Catatan Akhir Tahun: Pedasnya Inflasi-Jaga Gurihnya Pempek
KOTA Palembang menjadi salah satu kota yang dikenal dengan kekayaan kuliner di Indonesia. Bahkan, ada yang selalu merindukan datang ke kota yang dibelah Sungai Musi untuk menikmati ragam kuliner khas.
"Kalau ngomongin Palembang, pasti saya ingat surga kuliner, makanan yang disajikan enak semua," kata seorang kawan yang bermukim di Jakarta, baru-baru ini.
Hal senada diungkapkan seorang jurnalis muda asal Depok, Jawa Barat, Jasmine.
"Wah benar-benar surga makanan di sini, aku sampai kekenyangan karena tidak bisa menolak sajian yang datang," kata dia saat menikmati ragam makanan dan minuman pada salah toko pempek di Jalan Merdeka, belum lama ini.
Baca Juga:
- Catatan Akhir Tahun: Pasar Murah Jaga Stabilitas Harga
- Pertamina Patra Niaga Raih 5 Penghargaan BPH Migas
- SPBU Banyuglugur Situbondo, Rest Area dengan Nuansa Pantai
Sesungguhnya Palembang dan makanan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Namun, di penghujung tahun 2025 ini, ada sebuah cerita yang lebih dalam dari sekadar rasa cuka yang pas. Cerita tentang ketangguhan ekonomi warga kota di balik dapur-dapur mereka, di tengah kenaikan harga komoditas.
Berdasarkan data BPS Sumsel, tren tahunan inflasi di Kota Palembang pada akhir 2025 ini diprediksi berada di kisaran 3,0% hingga 3,5% (y-on-y).
Namun, angka yang paling dirasakan "pedas" oleh warga bukanlah inflasi umum, melainkan kelompok volatile foods atau bahan pangan yang bergejolak, bisa menembus angka 6-8% saat momentum Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Hal itu, diperkuat dengan pantauan harga komoditas cabai pada sejumlah pasar tradisional di kota Pempek, harga cabai merah keriting sempat menyentuh angka Rp75.000 - Rp85.000 per kg, naik hampir 40% dari harga normalnya.
Begitu juga dengan harga cabai burung atau rawit oranye dan rawit cuko, harga tidak kurang dari Rp80 ribu per kilogram.
Tak hanya itu, harga Ikan Tenggiri dan Gabus juga tergolong mahal, dijual hingga Rp140.000 per kg untuk harga ikan tenggiri giling.
Sedangkan harga Ikan Gabus mencapai Rp90 ribu per kilogram. Kedua jenis ikan tersebut merupakan bahan baku utama pembuatan Pempek dan kuliner turunan lainnya.
"Saya terpaksa membeli ikan gabus meskipun mahal, karena mendapat pesanan pentul," kata Rina (50) warga Palembang.
Ia bercerita untuk menghasilkan pentul ikan, atau makanan khas Palembang dengan bahan utama Ikan Gabus tersebut harus terbuat dari bahan-bahan berkualitas.
Olahan ikan dengan tambahan bengkuang dan kelapa sangrai itu menjadi salah satu sajian paling menarik ketika dihidangkan di meja prasmanan saat hajatan.

Tingginya harga ikan sebagai bahan utama olahan makanan khas Palembang, tersebut memdorong pelaku usaha kuliner harus menghitung ulang harga jual setiap sajian yang ditawarkan.
Peran Pelaku Usaha Mikro
Data menunjukkan bahwa perputaran uang di sektor Usaha Mikro Kecil terutama di sektor kuliner Palembang menyumbang hampir 25-30% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor perdagangan kota.
Para pelaku usaha pempek mikro dan kecil kini mulai beralih menggunakan strategi "Substitusi Terukur" menggabungkan ikan laut dengan ikan sungai yang lebih murah tanpa merusak cita rasa, demi menjaga harga jual di level Rp1.500 - Rp2.500 per butir.
Meskipun harga pangan mengalami kontraksi, indeks keyakinan konsumen di Palembang tetap terjaga positif.
Karena tidak bisa dipungkiri, sebagai destinasi wisata kuliner, Palembang ramai didatangi wisatawan dari berbagai daerah.
Pusat-pusat kuliner, seperti Sentra Pempek 26 Ilir tampak ramai didatangi wisatawan, keramaian tampak sejak memasuki libur sekolah.
Begitu juga dengan toko-toko pempek terkenal juga ramai didatangi pengunjung yang berlibur di kota Palembang.
Rodiah (45) salah seorang pedagang pempek mengakui libur Nataru berdampak signifikan pada penjualan pempek dan kerupuk yang mereka jual.
"Terjadi peningkatan penjualan beberapa kali lipat," katanya yang enggan menyebutkan angka pasti, dibincangi Rabu (31/12/2025).
Baca Juga:
- OJK Sumsel: Kinerja Perbankan Syariah Pesat di Tengah Paradoks
- Cek 6 Shio yang Beruntung Mendapat Kekayaan Mendadak di 2026
- Sebulan Bencana Sumatera, Riset DIR ungkap Pemberitaan Positif Mendominasi
Menjaga harga pempek yang merupakan kuliner andalan Kota Palembang sangat penting. Peran pemerintah dalam menyediakan pasokan ikan, sagu/tapioka dan cabai sebagai bahan utama sajian sangat penting.
Sebelumnya, Kepala Bidang Stabilisasi dan Sarana Distribusi Disdag Kota Palembang, Elsa Noviani mengatakan Pemkot Palembang menyelenggarakan operasi pasar guna mengimbangi harga komoditas yang sudah naik dan menjadi pemicu inflasi, salah satunya bawang dan cabai.
Pemkot Palembang mencari jalan membantu masyarakat agar bisa membeli kebutuhannya sekaligus mengendalikan inflasi. Bekerja sama dengan HIPMI Palembang, pemkot membagikan 680 kupon belanja dengan potongan Rp10 ribu perkupon.
“Kupon itu kami bagi untuk dua pasar, 340 kupon dibagikan hari ini di Pasar Km 5 dan 340 lainnya dibagikan besok di Pasar Lemabang,” kata Elsa kepada WongKito.co, Senin (22/12/2025).(Nila Ertina FM)

