Celios: IHSG Potensi Diwarnai Aksi Jual, Imbas dari Kenaikan Tarif Impor Trump

Ilustrasi (ist)

JAKARTA - Pada pembukaan kembali perdagangan, Selasa (8/4/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan menghadapi tekanan. Sentimen negatif datang dari dinamika global, terutama setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, meresmikan kebijakan tarif impor resiprokal pada Rabu (2/4/2025).

Seperti diketahui, kenaikan tarif impor telah memicu ketidakpastian di pasar keuangan global. Meski ditujukan terutama kepada China, dampaknya meluas ke sejumlah negara lain dan menekan mayoritas bursa saham dunia. Indonesia pun tak luput dari tekanan tersebut.

Menanggapi kondisi tersebut, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menilai kebijakan tarif Trump akan membawa tekanan ganda bagi pasar Indonesia. Menurutnya, investor akan cenderung keluar dari pasar saham melalui aksi jual karena kekhawatiran terhadap prospek laba emiten pasca-berlakunya kebijakan tersebut.

“Dengan situasi saat ini, investor akan cenderung keluar dari pasar (bursa saham) dengan aksi jual, dilandasi kekhawatiran prospek kinerja laba (emiten) pasca tarif resiprokal AS berlaku,” ujarnya dalam keterangan resmi pada Sabtu (5/4/2025).

Baca Juga:

Bhima menambahkan tekanan tak hanya terjadi di pasar saham, tetapi juga akan terasa di pasar valuta asing. Nilai tukar rupiah diperkirakan akan melemah karena pergeseran minat investor global dari aset berisiko seperti saham ke instrumen lindung nilai seperti emas dan dolar AS. Ia memproyeksikan, dalam satu bulan ke depan, permintaan terhadap dolar AS akan meningkat, sehingga mendorong pelemahan rupiah ke kisaran Rp17.200 hingga Rp18.650 per dolar AS hingga akhir April 2025.

Kinerja IHSG dan Proyeksi

Sebelum libur Lebaran, IHSG ditutup menguat tipis sebesar 0,59 persen ke level 6.510,62 pada Kamis, 27 Maret 2025. Namun secara year-to-date (YtD), indeks masih mencatat pelemahan sebesar 8,04 persen sepanjang kuartal I-2025. Dengan dibukanya kembali perdagangan pada pekan depan, IHSG akan memulai babak baru di kuartal II-2025, namun dengan bayang-bayang tekanan global yang masih membayangi.

Sebelumnya, analis BRI Danareksa Sekuritas, Erindra Krisnawan dan Wilastita Muthia Sofi, memperkirakan IHSG akan bergerak dalam rentang 5.900 hingga 6.700 sepanjang kuartal II-2025. "Target IHSG akhir tahun juga diturunkan menjadi 7.350 dari sebelumnya 7.850 karena ekspektasi pertumbuhan laba per saham (EPS) yang melemah, dari 6,5% menjadi 4,5%.

Baca Juga:

Meski demikian, mereka melihat beberapa sentimen positif seperti neraca perdagangan Indonesia yang lebih kuat serta kepemilikan asing yang masih stabil di level 17%, lebih tinggi dibandingkan posisi terendah saat pandemi pada 2020–2021 yang hanya 12%.

Namun, mereka tetap menilai bahwa pasar masih minim katalis positif dalam jangka pendek, dan risiko perlambatan ekonomi global masih menjadi tantangan utama bagi pergerakan IHSG maupun nilai tukar rupiah.

Dengan kondisi global yang tidak menentu dan kebijakan proteksionis dari AS yang mulai berdampak ke banyak negara, para pelaku pasar perlu lebih cermat dan waspada dalam membaca arah pasar pasca-Lebaran. Sentimen global akan menjadi penentu utama arah IHSG dan rupiah dalam beberapa pekan ke depan.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Bagaskara pada 07 Apr 2025 


Related Stories