Ekonomi dan UMKM
Ekonom Sebut Kredit Perbankan Berpotensi Tumbuh 10 Persen
JAKARTA - Pertumbuhan kredit perbankan Indonesia tahun 2023 diproyeksi mampu menembus 10 persen. Meski begitu, terdapat beberapa syarat untuk mencapai itu, salah satunya jika suku bunga yang ditetapkan oleh The Federal Reserve (The Fed) tetap stabil.
Ekonom sekaligus Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira kepada TrenAsia.com mengatakan the Fed naiknya tidak agresif, inflasi rendah, bisa tumbuh kredit diatas 10 persen," ungkap Bhima Jum'at (16/6/2023).
Namun sebaliknya, jika suku bunga yang ditetapkan oleh The Fed tetap agresif dalam beberapa bulan ke depan, Bhima menyebut hal ini dapat berpotensi mempengaruhi pertumbuhan kredit secara negatif.
"Sebaliknya kalau suku bunga The Fed naiknya agresif, misal 50-75 bps lagi, itu bisa menganggu intermediasi perbankan," pungkas ekonom tersebut.
Baca Juga:
- Meski Rugi hingga Rp 50 Miliar, Erick Thohir Pertahankan MotoGP Mandalika
- Bukukan Laba Tertinggi, Wagub Sumsel Mawardi Yahya Apresiasi Kinerja Positif PTBA
- Rayakan HUT Palembang ke-1.340 Besok, LRT Sumsel Gratiskan Layanan Sehari
Seperti diketahui, pada bulan Juni 2023 The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 5,0% hingga 5,25%. Keputusan ini mengikuti kebijakan The Fed yang sebelumnya telah mengerek suku bunga selama 10 kali berturut-turut sejak bulan Maret 2022.
Pertumbuhan Kredit Perbankan Melambat
Sebagai informasi, hingga periode bulan April 2023 total kredit yang disalurkan bank pada telah mencapai sebesar Rp6.646 triliun.
Baca Juga:
- Fakultas Psikologi UIN Raden Fatah jadi Pilot Project Zona Integritas
- 10 Fakta Menarik Putri Ariani yang Sedang Trending
- Urus BPJS Kesehatan ke Kambang Iwak Bae, Mudah dan Tak Perlu Antre Panjang
Meski mengalami peningkatan sebesar 8,08% secara year-on-year (yoy), angka tersebut menunjukan adanya perlambatan pertumbuhan kredit oleh perbankan, karena menurun dari total pertumbuhan penyaluran kredit pada periode bulan Maret 2023 yang mencapai 9,93% yoy.
"(Perlambatan) didorong oleh kredit investasi yang tetap berada tinggi di atas 11,3% namun termoderasi oleh pertumbuhan kredit modal kerja menjadi 6,55%. Hal itu lebih mencolok dilihat dari kinerja di sektor manufaktur, yang tepengaruh oleh kondisi pelemahan ekonomi global," ungkap Mahendra di DPR RI beberapa waktu lalu.
Meskipun terjadi perlambatan, Mahendra menekankan bahwa kondisi perbankan tetap sehat dan stabil.
Hal tersebut tercermin dari terjaga dengan baiknya rasio risiko kredit, seperti NPL net perbankan yang tercatat 0,78% dan NPL Gross sebesar 2,53%.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Farhan Syah pada 16 Jun 2023