Ekonomi, Fintech & UMKM
Enam Alasan Ini, Perkuat Keyakinan Ekonom Milenial Perekonomian Indonesia Bertumbuh
JAKARTA, WongKito – Meskipun masih dalam kondisi krisis akibat pandemi COVID-19, namun ekonom milenial PT Bank Amar Indonesia Tbk, Rachel Elizabeth Hosanna mengungkapkan perekonomian Indonesia tetap akan bertumbuh tahun ini.
Meski masih terseok karena dihantam pandemi, Rachel menyebut, ada enam alasan yang setidaknya memperkuat keyakinannya.
Menurut Analisis Ekonom Milenial, Ada 6 Alasan Ekonomi Indonesia akan Tumbuh
Melalui keterangan resmi, ia menyampaikan enam alasan tersebut di antaranya sebagai berikut.
1. Vaksin COVID-19 menjadi faktor penentu
Faktor ketersedian vaksin akan menentukan langkah dan pola pemulihan perekonomian. Saat ini pemerintah tengah mempercepat distribusi vaksin kepada masyarakat secara bertahap.
Sebagaimana target pemerintah, vaksinasi kepada sekitar 181,5 juta penduduk Indonesia dilakukan dalam jangka waktu 15 bulan, sejak Januari 2021 hingga Maret 2022. Harapannya, dengan vaksin tersebut terciptakanlah kekebalan imun (herd immunity) dan ekonomi pun berangsur pulih.
2.Protokol kesehatan untuk ekonomi berkelanjutan
Rachel menuturkan kegiatan ekonomi memang akan berlanjut dengan penerapan protokol kesehatan dan pembatasan kegiatan masyarakat (PKM). Namun, ketentuan ini tidak menjadi halangan bagi pelaku ekonomi untuk tidak melakukan aktivitas ekonomi.
Sudah setahun lebih pelaku ekonomi dan masyarakat beradaptasi dan berdampingan dengan COVID-19.
Pola kerja baru pun pelam-pelan tercipta dan COVID-19 mendorong pelaku ekonomi dan masyarakat untuk lebih memperhatikan faktor higienis dan keseimbangan lingkungan. Tentu saja, hal ini akan jadi hasil positif bagi ekonomi berkelanjutan ke depannya.
3. Ditopang UMKM, Ekonomi Indonesia Bakal Rebound
Menurut Rachel, UMKM merupakan segmentasi industri yang tangguh dalam menghadapi pandemi. Industri ini dapat beradaptasi cepat dengan kondisi pandemi dan siap menopang pertumbuhan ekonomi nasional.
Kontribusi UMKM untuk ekonomi nasional saat ini mencapai sebesar 63%.
Sejalan dengan itu, pemerintah berkomitmen mengucurkan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sekitar lebih dari Rp600 triliun, 60% di antaranya dialamatkan ke sektor UMKM.
Hal ini dilakukan agar 64 juta unit UMKM di Indonesia dapat mendorong kenaikan konsumsi rumah tangga, sejalan dengan upaya pemerintah menarik gerbong ini agar lebih berkontribusi di kancah ekspor luar negeri.
4. Level konfidensial yang positif di sektor keuangan
Pada awal 2021, nilai tukar rupiah terus menunjukkan tren positif disebabkan oleh aliran masuk investasi asing langsung (foreign direct investment /FDI).
Bank Indonesia (BI) akan terus melanjutkan kebijakan luar biasa untuk menjaga volatilitas nilai tukar rupiah di level aman.
Pada Jumat 19 Februari, rupiah tercatat melemah di angka Rp14.085 dari dollar AS. Meski demikian, Kebijakan suku bunga BI turun menjadi 3,5% hingga 2021 untuk memberikan kepastian jangka panjang.
5. Sentimen positif dari UU Cipta Kerja dan PSN
Investasi pada 2021 diperkirakan meningkat karena adanya Undang-Undang Cipta Kerja dan berlanjutnya Program Strategis Nasional (PSN) termasuk proyek infrastruktur.
Adapun anggaran infrastruktur pada APBN 2021 sebesar Rp417.8 triliun atau meningkat 48.6% year on year (yoy) dibandingkan anggaran infrastruktur 2020.
Selain infrastruktur, prioritas pembangunan nasional pada 2021 juga akan difokuskan pada bidang kesehatan, pendidikan, teknologi informasi dan komunikasi, ketahanan pangan, perlindungan sosial, dan pariwisata.
6. Transformasi Digital Jasa Keuangan pada 2021
Pandemi COVID-19 telah mengakselerasi digitalisasi di sektor jasa keuangan seiring dengan bergesernya gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat yang semakin erat dengan penggunaan teknologi, termasuk ekspektasi terhadap produk dan jasa keuangan.
“Dengan terus meningkatnya penetrasi internet dan digitalisasi di Indonesia, 2021 diprediksi akan terus mendorong industri jasa keuangan untuk melakukan transformasi digital baik dari proses bisnis, kanal distribusi, maupun struktur kelembagaannya,” kata Rachel.
Seiring dengan itu, Amar Bank terus berinovasi dan terus meningkatkan layanan perbankan.
Pandemi telah mendorong masyarakat untuk dapat akrab dengan digitalisasi lebih cepat dari yang diperkirakan. Dampaknya, meningkatkan permintaan yang sangat besar di pasar. Kondisi ini tentunya harus dapat dioptimalkan oleh perbankan terutama dengan memaksimalkan fungsi teknologi big data dan Artificial of Intelligence (AI).
Presiden Direktur Amar Bank Vishal Tulsian mengatakan pihaknya sebagai perusahaan teknologi dengan lisensi perbankan dan bank digital murni pertama yang fokus pada pengembangan digital-only bank di Indonesia. Mereka akan terus terus bertransformasi mengikuti perkembangan digitalisasi dan berkomitmen untuk terus berinovasi dalam meningkatkan layanan perbankan digital yang cerdas serta memperkenalkan produk dan layanan baru.
“Kami optimistis perekonomian akan pulih dari resesi dengan tersedianya vaksin COVID-19 yang akan meningkatkan angka kesembuhan dan membantu pemerintah mengendalikan pandemi,” tuturnya mengakhiri.