Gelombang Panas di Eropa Sebabkan Kebakaran, Dampak Pemanasan Global

Kebakaran hutan di Spanyol sebagai akibat dari gelombang panas yang melanda negara-negara di Eropa. (The Washington Post)

EROPA - Gelombang panas yang melanda Eropa beberapa pekan terakhir mulai menunjukkan dampaknya terhadap lingkungan dan kehidupan di daerah itu.

Salah satu negara di Eropa, Spanyol mengalami musibah kebakaran sebagai dampak gelombang panas itu. Kebakaran yang terjadi menghancurkan ribuan hektar lahan dan memaksa penduduk meninggal rumahnya yang terdampak.

Luas lahan yang telah dilahap si jago merah kini telah mencapai 74.000 hektar, seperti dikutip dari The Washington Post.

Sebelumnya, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) telah memperingatkan bahwa seluruh bagian Spanyol memiliki potensi kebakaran tinggi sebagai akibat dari panas dan kekeringan. 

Baca Juga :

Temperatur yang tercatat di Bandara Valencia, Spanyol menjadi rekor tertinggi sejak 2017 yang mencapai suhu 39°C pada hari Jumat, 17 Juni lalu.  

Di ibukota Madrid, suhu udara mencapai 40,5°C yang merupakan peringatan gelombang panas tertinggi selama empat dekade terakhir. 

“Apa yang kita saksikan saat ini sayangnya merupakan perkiraan keadaan dunia di masa depan,” kata juru bicara WMO, Clare Nullis. Ia menambahkan bahwa gelombang panas yang terjadi merupakan dampak dari perubahan iklim. 

Sierra de la Culebra, pegunungan di Castile dan León, di barat laut Spanyol, adalah salah satu daerah yang paling terdampak. Asosiasi pekerja menyebut kebakaran di lokasi itu sebagai "monster" karena membentuk dinding oranye yang menjulang di sepanjang daerah yang dulunya hijau dan rimbun.

Gelombang panas juga melanda Prancis yang melarang beberapa aktivitas di luar ruangan untuk sementara. Pekan lalu, beberapa wilayah di Prancis mencatatkan suhu tertinggi yang mencapai 40°C. 

Sementara itu, Badan Keamanan Kesehatan Inggris telah mengeluarkan peringatan mengenai peningkatan suhu yang terjadi. Suhu di ibukota London mencapai 32°C yang merupakan hari terpanas dalam setahun.

Di Jerman, puluhan kota dekat Berlin dievakuasi sebagai langkah pencegahan atas kebakaran yang mulai menyebar, menurut laporan media lokal Deutsche Welle.

“Waktu terpanas tahunan biasanya ada di antara pertengahan Juli dan Agustus. Jika kita sudah berurusan dengan suhu panas sekarang, kemungkinan akan ada lebih banyak hari seperti ini, atau bahkan lebih panas pada akhir tahun nanti,” kata ahli meteorologi Tim Staeger. 

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Fadel Surur pada 22 Jun 2022 

Bagikan

Related Stories