Hapuskan Stigma Kusta dalam Masyarakat

Kusta (Pexels.com)

Oleh: Adelia Kesuma Wardhani, Tiara Dwi Adelia, Dea Fadhillah Ramanda.J, Lutfhiana Nabella*

Apa itu Kusta?

Kusta atau lepra adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Myrcobacterium leprae yang menyerang kulit dan jaringan saraf prifer serta mata dan selaput yang melapisi bagian hidung. Dengan mendapatkan diagnosis dan pengobatan dini, penyakit ini dapat disembuhkan dengan tepat dan mencegah kecacatan.

Kusta pernah ditakuti sebagai salah satu penyakit yang sangat menular dan menimbulkan kecacatan parah.

Namun, kekinian diketahui jika penyakit ini tidak mudah menyebar dan pengobatan yang dilakukan dapat sangat efektif untuk mengatasinya. Akan tetapi, kerusakan saraf dapat menyebabkan kelumpuhan dan buta, jika seseorang tidak mendapatkan pengobatan.

Bakteri Myrcobacterium leprae (M.leprae) sejenis bakteri yang tumbuh dengan lambat.

Penularan kusta bisa melalui kontak kulit yang lama dan erat dengan seseorang yang mengidapnya.

Baca Juga:

Disamping itu, kusta juga bisa ditularkan lewat inhalasi, menghirup udara saat pengidapnya bersin atau batuk.

Alasanya, bakteri penyebab kusta dapat hidup beberapa hari dalam bentuk droplet di udara. Namun, sebenarnya penyakit ini bukanlah penyakit yang mudah menular.

Penyakit kusta membutuhkan waktu inkubasi yang cukup lama antara 40 hari sampai 40 tahun.

Gejala dan klasifikasi

Gejala kusta awalnya tidak jelas dan berkembang secara perlahan. Ada beberapa kasus kusta yang baru terlihat setelah bakteri kusta berkembang dalam tubuh penderitanya, yaitu bercak perubahan warna menjadi lebih putih dan lesi kulit berbentuk benjolan, otot yang melemah, mati rasa ditangan, lengan, kaki, dan tungkai serta kulit yang meradang.

Beberapa macam-macam klasifikasi penyakit kusta sebagai berikut:

a. Kusta Tuberkuloid

Seseorang dengan jenis infeksi ini hanya menunjukan sedikit luka pada kulit dengan respon imunnya baik

b. Kusta Lepromatosa

Seseorang dengan jenis ini mempengaruhi kulit, saraf, dan organ lainnya terdapat luka yang meluas, termasuk nodul (benjolan dan benjolan besar) dengan respon imun yang buruk

c. Kusta Bordeline

Terdapat gambaran klinis dari kusta tuberculoid dan lepromatosa

Peringkat ketiga dunia

Berdasarkan dari Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Indonesia masih menduduki peringkat ketiga negara yang menduduki kasus kusta terbanyak di dunia.

Tahun 2020 yang lalu kasus kusta di Indonesia mencapai total sebanyak 11.173 orang dan negara yang memiliki banyak penderita kusta yaitu India dengan total 69.147 orang, lalu diikuti urutan kedua yaitu brazil dengan total kasus penderita kusta yang berjumlah 17.979 orang.

Kusta masih menjadi permasalahan yang harus di eliminasi di Indonesia. Karena, menurut Data Kementrian Kesehatan RI per tanggal 22 Januari 2022 terdapat 13.487 kasus kusta aktif dengan penemuan baru sebanyak 7.146 kasus.

Bahkan ditahun 2021 terdapat masih ada enam provinsi dan 101 kabupaten atau kota di Indonesia yang belum mengeliminasi kusta.

Keenam provinsi yaitu Papua Barat, Papua, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara dan Gorontalo.

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono mengatakan pravelensi kusta dienam provinsi masih lebih dari 1 per 10.000 penduduk berarti setiap 10.000 penduduk didaerahtersebut terdapat satu penderita kusta.

Penyebab Tingginya Angka Penyakit Kusta di Indonesia

Penyakit kusta terutama disebabkan oleh bakteri kusta yang terutama menyerang kulit, saraf tepi, dan dapat juga menyerang jaringan tubuh yang lainnya seperti saluran pernapasan.

Penularan kusta juga bisa melalui kontak kulit yang lama dan erat dengan pengidapnya. Tetapi tentu saja adanya faktor-faktor lain yang berperan dalam peningkatan penyakit kusta adalah:

a. Usia dan Jenis Kelamin
Anak-anak lebih rentan dari pada orang dewasa karena imun anak-anak belum berkembang dengan sempurna.

Lalu untuk jenis kelamin, laki-laki lebih banyak mengidap penyakit kusta dibandingkan perempuan karena laki-laki lebih banyak memiliki aktivitas di luar rumah dibanding perempuan serta perempuan juga lebih banyak merawat tubuhya dengan baik dibandingkan dengan laki-laki.

b. Sumber Daya Manusia (SDM) dan Kemiskinan, 
Tingginya angka penderita disebabkan oleh rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan faktor kemiskinan. Penderita kusta kebanyakan dari masyarakat ekonomi bawah yang kurang atau belum terlalu memahami arti penting kebersihan diri serta menjaga lingkungannya sehingga dari kurangnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitarnya menyebabkan penyakit kusta kebih mudah untuk menyebar.

c. Stigma Masyarakat
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan Dinkes Jatim, Dr Achmad Djaeli MPPM mengakui bahwa masih banyaknya ada stigma di masyarakat bahwa penyakit kusta adalah penyakit kutukan dan aib keluarga atau penyakit yang harus sangat dihindari tak terkecuali, bahkan penderita bisa dikucilkan oleh masyarakat lain sehingga penderita pun merasa malu untuk keluar bahkan tidak mau untuk diperiksa atau berobat ke fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas dan fasilitas kesehatan yang lainnya.

Dampak Kusta Bagi Kesehatan
Jika penyakit kusta tidak segera di obati atau terlambat terdeteksi maka, akan menimbulkan komplikasi antara lain:
a. Rambut rontok tak terkendali terutama dibagian alis dan bulu mata
b. Saraf lengan dan tungkai mengalami kerusakan permanen
c. Tidak mampu menggunakan tangan dan kaki
d. Hidung mengalami mimisan, tersumbatnya kronis, dan koloapsnya septum hidung
e. Mengalami peradangan pada iris mata (Iritis)
f. Glaukoma, berarti penyakit mata yang menyebabkan kerusakan pada saraf optic
g. Mata mengalami kebutaan
h. Disfungsi ereksi
i. Infertilitas yang biasanya terjadi pada pria
j. Gagal ginjal
k. Pembengkakan permanen dan adanya benjolan pada wajah
l. Kelemahan otot yang menyebabkan tangan melengkung seperti cakar dan kaki yang tidak bisa dilenturkan
m. Kelumpuhan pada tubuh

Baca Juga:

Peran Generasi Muda Terhadap Penyakit Kusta

Walaupun ada hal-hal yang menghambat penanggulangan penyakit kusta tetapi, pihak kesehatan dan peran generasi muda kesehatan masyarakat tetap bisa melakukan penanggulangan dengan cara seperti melakukan pemerdayaan masyarakat.

Dengan pemberdayaan tersebut bisa memberikan informasi kepada masyarakat tentang penyakit kusta itu tidak mudah tertular dan bukan sebuah penyakit kutukan bahkan penderita itu dikucilkan.
 

Jadi, sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat jika bertemu orang dengan penderita kusta itu, didampingi, dibujuk, dan dimotivasi untuk pergi kelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan dengan baik karena, apabila tidak segera mendapat penanganan akan menimbulkan masalah yang parah seperti kelumpuhan.

Selain itu, bisa juga melalui media pamflet atau poster mengenai info penyakit kusta dan mengajak masyarakat untuk menjaga imunitas diri dengan menjaga pola hidup sehatdan menjaga kesehatan lingkungan disekitarnya.

Sebagai generasi muda sebaiknya kita bisa melumpuhkan pemikiran stigma masyarakat akan penyakit kusta bahwa kita seharusnya eliminasi kustanya bukan eliminasi orangnya karena mereka tetap manusia yang diciptakan dan disayangi oleh Tuhan.

Kalau Tuhan saja masih memberikan kehidupan untuk mereka, kita pun seharusnya bisa memberikan kesempatan dan merangkul untuk mereka.

*Mahasiswa S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, FKM Universitas Sriwijaya
 

Tags kustaBagikan

Related Stories