Harga Batu Bara Acuan (HBA) Merosot jadi US$275,64 per Ton

ilustrasi: batubara. Foto: knoxnews

JAKARTA -  Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) untuk periode Mei 2022. HBA mengalami penurunan sebesar 4,42% menjadi US$275,64 per ton.

Penurunan HBA Mei 2022 disebabkan oleh meningkatnya jumlah pasokan batu bara dunia. China dan India telah meningkatkan jumlah produksi batu bara dalam negerinya untuk mengurangi impor.

"Selain faktor meningkatnya pasokan, keputusan China untuk mengurangi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan mengembangkan energi hijau juga turut mendorong menurunnya harga batu bara dunia," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam keterangan pers dikutip Senin, 16 Mei 2022.

Pada bulan sebelumnya, keputusan Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) melakukan embargo terhadap pasokan energi dari Rusia telah memicu kenaikan Harga Batubara Acuan (HBA) April 2022 menjadi USD288,40 per ton.

Baca Juga :

Agung menguraikan, selama tahun 2022, di empat bulan pertama grafik HBA terus menanjak. Dimulai dari Januari 2022 sebesar US$158,5 per ton, naik ke US$188,38 per ton pada Februari. Selanjutnya pada Maret menyentuh angka US$203,69 per ton, dan terakhir di bulan April berada di level US$288,4 per ton.

"Baru pada bulan ini grafiknya sedikit turun," lanjut Agung.

HBA sendiri merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8%, Total Sulphur 0,8%, dan Ash 15%.

Nantinya, harga ini akan dipergunakan secara langsung dalam jual beli komoditas batu bara (spot) selama satu bulan pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Veseel).

Terdapat dua faktor turunan yang memengaruhi pergerakan HBA yaitu, supply dan demand. Pada faktor turunan supply dipengaruhi oleh season (cuaca), teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di supply chain seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.

Sementara untuk faktor turunan demand dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti LNG, nuklir, dan hidro.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Farhan Syah pada 16 May 2022 

Bagikan

Related Stories